Di Barat, masyarakat telah sangat diwarnai oleh etika Yudeo-Kristen yang memberikan tuntunan yang jelas mengenai apa yang yang benar dan apa yang salah. Persektif “Benar versus salah” ini banyak mempengaruhi cara berpikir kita. Kami mengajar anak-anak kami untuk bersikap dengan cara yang benar dan jika mereka tidak melakukannya kami mengajarkan pada mereka rasa bersalah sebagai renspon yang tepat untuk itu. Namun demikian dunia Muslim tidak beroperasi dengan paradigma ini dan perspektif benar versus salah tidak mempunyai kuasa dan pengaruh yang sama. Masyarakat mendikte apa yang dapat diterima dan apa yang tidak dapat diterima, benar dan salah jarang menjadi faktor yang diperhatikan.86
Pentingnya kehormatan keluarga
Ada 3 hal yang mendasar dalam masyarakat Muslim, yaitu kehormatan, malu, dan balas dendam. Kehormatan keluarga atau izzat dijaga dengan cara menyesuaikan diri dengan norma-norma sosial masyarakat dan melalui absennya hal memalukan yang kelihatan. Islam berarti “tunduk” atau menyesuaikan diri. Obyek penting dari pilar/rukun Islam seperti sembahyang dan berpuasa adalah untuk memberlakukan kesesuaian pada para pengikutnya. Kesesuaian dinilai tinggi karena membawa kehormatan dan prestise sosial kepada keluarga. Individualisme seperti yang kita lihat di Barat mendapatkan kritik, karena orang Muslim percaya bahwa hal itu tidak menguntungkan keluarga dan akibat kurang menyesuaikan diri adalah dipermalukan komunitas. Ada sebuah pepatah Arab kuno yang mengatakan bahwa “inovasi adalah akar segala kejahatan”. Dalam Islam, individu tidaklah penting. Yang penting adalah keluarga dan komunitas.
Anak-anak Muslim diajarkan untuk bertingkah-laku terhormat, dan jika mereka gagal, rasa malu adalah respon yang tepat untuk itu. Anak-anak langsung akan diberitahu/ditegur oleh anggota keluarga lainnya jika mereka telah melakukan hal yang memalukan. Ini dilakukan untuk memampukan mereka mempelajari batasan-batasan dalam bertingkah-laku. Rasa malu timbul jika tidak memperhatikan keluarga, marah dan berteriak, menghina orang, gosip yang buruk, atau bahkan kegagalan, dan juga banyak hal lainnya. Dalam kasus kegagalan, jika kesalahannya tidak dapat ditimpakan kepada orang lain, maka bunuh diri dipandang sebagai jalan keluar yang terhormat.
86 Roland Muller, Honor and Shame (Philadelphia, PA: Xlibris Coeporation, 2000), p.46-8.
Kehormatan ditunjukkan melalui berbagai cara, dengan keramah-tamahan dimana kedua keluarga dan tamu dihormati atau dengan setuju dengan anggota keluarga lain (bahkan jika sebenarnya anda tidak setuju dengannya), memberikan kehormatan kepada mereka. Paradigma ini merembesi semua aspek masyarakat dan kehidupan: kursi mana yang anda duduki, siapa yang boleh lebih dulu berjalan menuju ke pintu, memberikan pemberian-pemberian dan dengan melakukan kebaikan kepada orang lain. Kehormatan didapatkan melalui lulus ujian, pernikahan, melahirkan anak laki-laki. Anda tidak dapat mendatangkan hormat dari diri anda sendiri, kehormatan datangnya dari orang lain melalui apa yang mereka
lihat atau perkirakan. Usia mendatangkan kehormatan; ada pepatah yang
mengatakan “orang yang sehari lebih tua dari anda lebih bijaksana setahun (dari
anda)”. Kehormatan diberikan kepada keluarga, atau pada sebuah suku atau
bahkan sebuah bangsa. Suatu bangsa dapat dihormati, atau dipermalukan dan
“kehilangan muka” di mata dunia.
Malu dan dampaknya pada keluarga
Jika seorang anggota keluarga melakukan suatu kesalahan atau jika mereka
berada dalam keadaan yang dianggap memalukan, maka itu harus dirahasiakan
dalam lingkungan keluarga dan disembunyikan dari dunia luar. Ini harus dilakukan
berapapun harga yang harus dibayar, jika tidak demikian maka keluarga akan
dipermalukan. Bahkan kelahiran seorang bayi perempuan dapat dianggap
memalukan dan peristiwa itu tidak disebarluaskan. Ucapan belasungkawa akan
diberikan kepada ayah bayi itu. Oleh karena itu kehormatan dan malu menjadi
kekuatan yang mengontrol kehidupan manusia.
Malu bukan hanya disebabkan oleh sebuah tindakan yang bertentangan dengan
sistem nilai yang berlaku tetapi juga apabila perbuatan itu diketahui oleh orang
luar. Orang yang telah melakukan sebuah tindakan yang memalukan harus
menutupinya, karena mengungkapkan hal itu sama dengan melakukan sebuah
perbuatan memalukan lainnya. Ada pepatah Arab yang mengatakan “malu yang
ditutupi sudah diampuni dua per tiga”. Untuk menghindari malu, dusta atau
menyembunyikan dipandang sebagai tindakan yang terhormat dan oleh karena itu
adalah tindakan yang benar untuk dilakukan. Namun demikian, jika sebuah
tindakan yang memalukan tidak dapat ditutupi oleh cara apapun juga, maka hal itu
harus dibalas. Ini diperintahkan oleh Qur’an:
Hai orang-orang beriman, pembalasan ditetapkan bagi kamu dengan
menumpahkan darah.87
Disini kita memasuki dunia pembunuhan demi kehormatan yang akan kita bahas
kemudian. Berdasarkan prinsip tersebut, jika ada suku yang merasa telah
87 Ibid, p.81.
41
dipermalukan, maka akan terjadi perang antar suku. Saya bertemu dengan
seorang gadis muda Muslim yang pada usia 5 tahun telah ditunangkan dengan
seorang anak laki-laki dari Pakistan. Kini ia berusia 18 tahun dan tidak ingin
menikahi anak laki-laki itu, tapi ingin memilih sendiri teman hidupnya dari Inggris.
Hal ini menimbulkan kekuatiran besar bagi orang-tuanya yang kini
mempertanyakan keputusan mereka melaksanakan “pertunangan” ini. Orangtuanya
terjebak dalam sebuah dilema. Jika ia tidak meneruskan ke pernikahan
maka keluarga itu akan dipermalukan, jika ia tetap dinikahkan maka ia akan
menjalani nikah paksa yang tidak diinginkannya. Mereka terperangkap dalam
situasi yang mustahil, yang menyebabkan mereka berada dalam permasalahan
besar.
Pemisahan antara kehormatan dan malu
Sementara berdasarkan aturan, teori kehormatan dan malu berhubungan dengan
tingkah-laku yang ditunjukkan oleh pria dan wanita. Dalam prakteknya secara
umum kehormatan dilihat sebagai tanggung-jawab pria dan malu adalah bagian
wanita. Pemisahan antara kehormatan dan malu berkaitan dengan kenyataan
bahwa kehormatan dipandang tercapai dengan aktif sementara malu secara pasif
dibela, dan ini mengakibatkan adanya pengharapan yang berbeda terhadap pria
dan wanita. Sehubungan dengan hal ini malu yang dialami wanita adalah konsep
yang berkenaan dengan seksualitas perempuan yang harus mendapatkan kontrol
sosial.88
Masalah penting dalam definisi malu disini terutama adalah kontrol seksual
terhadap wanita, dan generasi muda secara umum. Jika seorang wanita menolak
untuk menerima pernikahan melalui perjodohan, mempunyai hubungan di luar
nikah, menggoda pria atau mengenakan pakaian yang “mengundang” maka ia
mendatangkan malu. Oleh karena itu malu yang berkaitan dengan wanita akan
mempermalukan pria karena hal itu menandakan bahwa kerabat prianya terlalu
lemah untuk mengontrol atau membelanya.89
Penulis Muslim Inggris Mohammad Raza mengkalim bahwa konsep izzat – yaitu
sindrom dominasi pria dan tunduknya wanita, sindrom ketidakpercayaan terhadap
seksualitas wanita, sindrom wanita hanya sebagai properti – semua itu berakar
sangat dalam di dalam budaya patriarkhal Muslim.90 Ia mengatakan bahwa ada
ketidakpercayaan dasar yang mendarah-daging terhadap kewanitaan dan
seksualitas perempuan. Ini berasal dari pandangan bahwa wanita lebih dipandang
88 Judy Mabro & El Solh Camilla Fawzi (eds.), Muslim Women’s Choices (Oxford: Berg Publishers, 1994),
p.8.
89 Ibid, p.137.
90 Mohammad S Raza, Islam in Britain, (Leicester: Volcano Press Ltd, 1991), p.88.
42
sebagai “properti” dan bukan sebagai seorang pribadi. Properti harus dijaga
dengan baik karena jika properti itu “rusak” melalui kontak seksual itu akan
“menghilangkan kehormatan” dan “mendatangkan malu” pada keluarga.
Berdasarkan konsep ini, wanita dalam sebuah keluarga, melalui tingkah-laku yang
pantas mendatangkan kehormatan bagi pria dalam keluarga itu sehingga
kehormatan dan prestise mereka (dan juga si wanita) tetap terpelihara, atau
ditingkatkan.91
Sebuah keluarga mengatakan kepada saya bahwa jika putri mereka dipukuli oleh
suaminya maka mereka tidak akan melakukan apa-apa, karena itu akan
mempermalukan seluruh keluarga. Mereka lebih suka menjaga kehormatan
mereka dan membiarkan putri mereka menderita. Selama hal itu tersembunyi dari
dunia luar maka itu telah memuaskan mereka.
Sangat lazim bagi para gadis Muslim untuk berhenti sekolah pada usia 16 tahun
dan tinggal di rumah untuk mengurus rumah dan keluarga. Banyak yang tidak
diijinkan untuk melanjutkan ke perguruan tinggi atau mendapatkan pendidikan
lanjutan. Orang-tua melihat hal ini sebagai upaya untuk menjaga gadis itu,
menjamin bahwa ia tidak akan mengalami hal yang buruk dan ia akan tetap murni
dan perawan ketika ia menikah. Ini juga akan menjamin bahwa ia tidak akan
mempunyai anak di luar nikah, karena hal itu amat sangat memalukan. Ini tidak
hanya terefleksi dengan buruk padanya tapi juga pada orang-orang yang
semestinya mengontrolnya. Tindakan apapun yang menentang otoritas generasi
yang lebih tua untuk mengontrol hak seksualnya dipandang sebagai hal yang
memalukan. Sebuah pernikahan biasanya akan diatur tidak lama setelah ia
meninggalkan sekolah atau pendidikan lanjutan.
Perlindungan berlebihan terhadap wanita dan keperawanan mereka menjadikan
para wanita sebagai beban yang hampir-hampir tidak tertanggungkan oleh
keluarga. Hal ini secara alamiah akan mendorong keluarga untuk mencarikan
suami untuknya dan sesegera mungkin menyerahkannya kepada keluarga
mertuanya. Seorang anak perempuan selalu dipandang sebagai tamu di rumah
ayahnya dan semua pelatihan dan orientasinya hanyalah untuk menjadikannya
seorang istri dan menantu perempuan yang baik dan belajar untuk taat.92
91 Ibid, p.88.
92 Jamila Brilbhushan, Women in Purdah and Out of It (New Delhi: Vikas, 1980), p.47.
43
Kontrol ketat terhadap seksualitas perempuan
Mengontrol seksualitas aktif perempuan adalah dasar banyak institusi keluarga
Islam. Stabilitas masyarakat dipelihara dengan menciptakan institusi-institusi yang
mendorong pria untuk mendominasi di dalamnya, dan mengasingkan wanita. Oleh
karena itu hukum-hukum Islam diwarnai dengan penguasaan pria atas wanita, dan
itu meliputi berbagai aturan yang meregulasi hidup wanita.93
Islam memandang wanita sebagai kekuatan yang merusak. Ada asumsi bahwa
pria tidak dapat menahan godaan wanita, sehingga memberikan pembenaran
untuk mengontrol seksualitas perempuan. Solusi atas permasalahan yang
kelihatannya sebagai kuasa yang merusak yang dimiliki wanita adalah dengan
mengurungnya di rumah dimana ia harus mengurus anak-anak dan harus
mengenakan kerudung.94 Ghazali, salah seorang sarjana klasik Islam mengenai
pernikahan, melihat peradaban bergumul bagaimana mengatasi kekuatan wanita
yang bisa merusak. Ia yakin wanita mendatangkan daya tarik yang fatal yang
melumpuhkan keinginan pria untuk menolaknya dan menempatkan pria dalam
peran yang pasif.
Kuasa ini dilihat sebagai elemen yang paling menghancurkan dalam tatanan sosial
Muslim, karena pria teralihkan perhatiannya dari kewajiban-kewajiban sosial dan
keagamaan mereka. Masyarakat hanya bisa hidup dengan menciptakan institusiinstitusi
yang menganjurkan dominasi pria melalui segregasi seksual dan poligami.
Ia menempatkan wanita sebagai pemburu dan pria sebagai korban yang pasif.95
Dikisahkan pernah suatu ketika Muhammad melihat seorang wanita, ia bergegas
pulang ke rumahnya dan bersetubuh dengan Zaynab istrinya. Kemudian ia
meninggalkan rumah dan berkata, “Wanita keluar dan kembali dalam bentuk
sesosok iblis”.96
Oleh karena pandangan seperti ini terhadap wanita maka Islam secara tradisional
memiliki tempat-tempat terpisah untuk pria dan wanita. Wanita hanya boleh
berbicara dengan sesama wanita terpisah dari kerabat pria. Begitu pula dengan
pria, mereka hanya berbicara dengan sesama pria terpisah dari para wanita
anggota keluarga mereka. Oleh generasi muda, aturan-aturan yang ketat ini
dipatahkan juga karena adanya sekolah-sekolah campuran dan aturan-aturan
sosial yang ada di tempat-tempat pendidikan tinggi.
93 Bo Utas (ed), Women in Islamic Societies (London: Curzon Press, 1983), p.6.
94 Mabro & El Solh, Muslim Women’s Choices, p.153.
95 Utas, Women in Islamic Societies, p.5
96 Sahih Muslim in The Alim (Silver Spring, Maryland: ISL Software Corp, 1986-99), Hadith 672.
44
Pembunuhan demi kehormatan
Pembunuhan demi kehormatan berakar dalam pepatah Arab yang saru, yaitu
“kehormatan seorang pria terletak diantara kedua kaki seorang wanita”. Bagi kaum
wanita Muslim, keperawanan sebelum pernikahan dan kesetiaan dalam
pernikahan dipandang sebagai sebuah keharusan dan pria diharapkan untuk
mengontrol para kerabat wanita mereka. Jika seorang wanita serong, ada
anggapan luas bahwa martabat pria dapat dipulihkan hanya dengan cara
membunuh wanita itu. Sebuah skandal yang terendus sedikit saja dapat berarti
hukuman mati. Seringkali, pembunuhan demi kehormatan dilaksanakan karena
alasan-alasan yang sepele, seperti misalnya seorang pria bermimpi bahwa istrinya
telah mengkhianatinya. Masyarakat senantiasa mendukung pembunuhanpembunuhan
seperti ini. Wanita harus menanggung kebiasaan ini sementara
pihak-pihak legal mentolerirnya atau bahkan mengijinkannya.97 Di Pakistan, orang
yang didakwa melakukan pembunuhan berkaitan dengan kehormatan keluarga
umumnya hanya dijatuhi hukuman yang lebih ringan daripada pembunuhan karena
alasan lain, karena hukum seringkali memberikan pengurangan hukuman dalam
kasus-kasus dimana ada keterkaitan dengan masalah kehormatan. Dalam
beberapa kasus, pria dipenjarakan hanya selama 3 bulan, yang lainnya bahkan
sama sekali tidak dibawa ke pengadilan.98
Ada peningkatan jumlah pembunuhan demi kehormatan ini yang dilaporkan setiap
tahun di negara-negara Barat. Baru-baru ini ada sekitar 20 pembunuhan demi
kehormatan di Inggris Raya, dan ada ketakutan jika jumlah itu akan semakin
bertambah. Metropolitan Police Service telah membentuk sebuah kelompok kerja
untuk lebih memahami “pembunuhan demi kehormatan” ini untuk menolong
mereka menginvestigasi para pelakunya dan dengan lebih baik dapat menolong
mereka yang beresiko untuk dibunuh.99
Di negara-negara seperti Pakistan ada ratusan pembunuhan demi kehormatan
yang dilakukan setiap tahun. Para pelakunya biasanya sangat brutal dan seringkali
menggunakan pisau, kapak, bahkan senjata api. Pembunuhan demi kehormatan
adalah kekerasan jender pria, yang dapat dilakukan oleh sepupu, ayah, saudara
laki-laki, paman, anak laki-laki atau kerabat pria lainnya terhadap anggota keluarga
yang wanita. Seorang anak laki-laki dapat membunuh ibunya jika ia yakin bahwa
ibunya berselingkuh, walau tidak ada buktinya. Seorang ayah dapat membunuh
anak perempuannya. Alasannya bisa jadi hanya karena tingkah-lakunya telah
97 Lisa Beyer, “The Price of Honor”, Time, Jan 18, 1999, p.29.
98 “In the Name of the Father”, Asianwoman, Sept 2000, p.20.
99“UK Muslims Condemn Honor Killings”, BBC News, Sept 30, 2003, at
http://news.bbc.co.uk/1/hi/england/london/3150142.stm,. Viewed, April 15, 2008.
45
keluar batas, mungkin karena menolak pernikahan melalui perjodohan, atau
pakaiannya atau karena perangai seksual yang salah. Mereka yakin bahwa ia
harus dihukum untuk memulihkan kehormatan keluarga.
Di Inggris, walau beberapa komunitas Muslim melakukan budaya pembunuhan
demi kehormatan ini, beberapa pemimpin Muslim menentangnya. Mereka
beralasan bahwa praktek tersebut tidak islami. Seorang juru bicara untuk Muslim
Council of Britain menyatakan, “Secara kategoris Islam tidak mengijinkan siapapun
untuk membunuh anak perempuannya sendiri”.100
Pembunuhan demi kehormatan berasal dari sistem patriarkhal kuno dan sama
tuanya dengan sejarah Islam. Praktek ini terjadi jauh sebelum adanya pertikaian
budaya di jaman moden ini. Namun demikian di Barat pemicunya dapat berupa
pertikaian budaya antara Timur dan Barat, antara orang-tua dan orang muda.
Banyak orang-tua yang berasal dari latar-belakang religius yang ketat bergumul
dengan apa yang mereka lihat sebagai tingkah-laku anak-anak mereka yang tidak
dapat dikendalikan. Ancaman-ancaman, pemukulan dan kemungkinan
memberlakukan penghukuman digunakan sebagai sarana untuk mengontrol.
Keluarga Yones
Keluarga Yones tiba di Inggris pada tahun 1993 dari Irak Utara. Putri mereka
Heshu bergaul dengan teman-teman dari beragam budaya. Ayahnya menjadi
sangat gusar karena ia tidak hidup berdasarkan nilai-nilai Muslim. ayahnya
berusaha memukulinya agar tunduk tapi ia tetap memakai gaun-gaun yang cantik
dan menikmati kehidupan sosialnya. Ia berusaha menyenangkan ayahnya dengan
berpakaian rapi di rumah dan hanya memakai rias wajah jika ia jauh dari keluarga.
Namun demikian ia tetap takut ayahnya akan mengetahui jika ia sudah punya
pacar. Surat-suratnya yang kemudian ditemukan menunjukkan rencananya untuk
kabur dari rumah dan memulai hidup baru. Di salah satu surat ia mengatakan
kepada ayahnya ia ingin dibiarkan sendiri dan ia tidak mau ayahnya mencarinya.
Ketika datang sebuah surat kaleng yang mengatakan bahwa putrinya telah tidur
dengan sang kekasih, ketakutannya yang terburuk menjadi semakin kuat. Dalam
kemarahannya, ia menggorok leher putrinya dan terus menikamnya. Ia sangat
ketakutan jika nama keluarganya menjadi cemar dan sangat ingin memulihkan
kehormatannya, yang ia yakini hanya dapat dilakukan dengan cara membunuh
putrinya. Banyak pria seperti itu tidak takut terhadap hokum, dan mereka yakin
bahwa pembunuhan-pembunuhan seperti itu adalah cara yang dapat diterima
100 Ibid.
46
untuk memulihkan kehormatan keluarga yang ternoda. Mereka dapat
bersekongkol dengan anggota-anggota keluarga lainnya untuk membunuh.101
Kejahatan ini adalah fenomena yang selalu bertumbuh di Inggris yang mempunyai
banyak ragam budaya dan itu adalah natur protektif keluarga dan komunitas untuk
menghindarkan orang luar mengetahui penderitaan si korban. Seandainya pun
orang luar campur tangan, maka seringkali sudah sangat terlambat. Kebanyakan
pembunuhan demi kehormatan dilakukan dengan sangat rahasia.102
Rita Rupal, direktur dari Newham Asian Women Project mendapati bahwa tinggal
di Barat sesungguhnya menghidupkan nilai-nilai tradisional. Komunitas-komunitas
merasa terancam oleh faktor-faktor seperti rasisme dan kemudian mereka menjadi
semakin erat. Identitas budaya mereka semakin dipertegas dan tidak berubah
seperti yang sewajarnya terjadi, karena mereka merasa terancam oleh apa yang
mereka lihat di sekeliling mereka.103 Para wanita muda Muslim biasanya tidak
bebas untuk bertindak sesuka mereka karena budaya mereka menuntut ketaatan
yang sangat tinggi. Kemanapun mereka pergi mereka mewakili keluarga dan
komunitas mereka dan harus menjaga reputasi keluarga dan komunitas mereka
itu.
Bunuh diri demi kehormatan
Hingga belum lama ini di Turki, seorang pria yang telah membunuh kerabat
wanitanya dengan alasan kehormatan atau tradisi tidak diperlakukan dengan
keras. Seringkali seorang saudara laki-laki yang lebih muda usia akan menjadi
seorang pembunuh dan hanya dihukum dengan sebuah tamparan di lengan.
Pembunuhan itu dan apa yang disebut sebagai pertikaian legal, digambarkan
kemajuannya dalam laporan Uni Eropa dan negara-negara yang kemudian akan
menerapkannya. Pada tahun 2005, hukum Turki telah berubah berkaitan dengan
“pembunuhan demi kehormatan”. Turki kini menjatuhkan hukuman penjara seumur
hidup bagi anggota keluarga yang ambil bagian dalam pembunuhan demi
kehormatan. Hingga Mei 2006, 36 wanita telah melakukan bunuh diri di Turki dan
jumlah ini lebih banyak dari jumlah selama setahun yang lalu. Angka rata-rata
bunuh diri di Turki sangat rendah dibandingkan dengan seluruh dunia namun natur
dari kematian-kematian ini sangat berbeda. Kelompok-kelompok wanita percaya
bahwa para wanita malang itu diberi pilihan “Disini ada senjata api atau racun.
Bunuhlah dirimu sendiri sehingga saya tidak usah dipenjarakan karena
101 Lewis Smith, “A Murderous Clash of Culture”, The Sunday Times, Oct 5, 2003, p.9.
102 David Jones, “As Yet Another Failed is Jailed for an Honor Killing”, Daily Mail, Oct 9, 2003, p.48-9.
103 Smith, “A Murderous Clash of Culture”, p.9.
47
membunuhmu”. Jika mereka menolak mereka akan tetap dibunuh dan dikatakan
bahwa mereka telah melakukan bunuh diri karena menderita depresi.104
104 Suna Erdem, “Honor Suicides: death by a bullet in the back”, The Times, May 25, 2006, p.45.
Pentingnya kehormatan keluarga
Ada 3 hal yang mendasar dalam masyarakat Muslim, yaitu kehormatan, malu, dan balas dendam. Kehormatan keluarga atau izzat dijaga dengan cara menyesuaikan diri dengan norma-norma sosial masyarakat dan melalui absennya hal memalukan yang kelihatan. Islam berarti “tunduk” atau menyesuaikan diri. Obyek penting dari pilar/rukun Islam seperti sembahyang dan berpuasa adalah untuk memberlakukan kesesuaian pada para pengikutnya. Kesesuaian dinilai tinggi karena membawa kehormatan dan prestise sosial kepada keluarga. Individualisme seperti yang kita lihat di Barat mendapatkan kritik, karena orang Muslim percaya bahwa hal itu tidak menguntungkan keluarga dan akibat kurang menyesuaikan diri adalah dipermalukan komunitas. Ada sebuah pepatah Arab kuno yang mengatakan bahwa “inovasi adalah akar segala kejahatan”. Dalam Islam, individu tidaklah penting. Yang penting adalah keluarga dan komunitas.
Anak-anak Muslim diajarkan untuk bertingkah-laku terhormat, dan jika mereka gagal, rasa malu adalah respon yang tepat untuk itu. Anak-anak langsung akan diberitahu/ditegur oleh anggota keluarga lainnya jika mereka telah melakukan hal yang memalukan. Ini dilakukan untuk memampukan mereka mempelajari batasan-batasan dalam bertingkah-laku. Rasa malu timbul jika tidak memperhatikan keluarga, marah dan berteriak, menghina orang, gosip yang buruk, atau bahkan kegagalan, dan juga banyak hal lainnya. Dalam kasus kegagalan, jika kesalahannya tidak dapat ditimpakan kepada orang lain, maka bunuh diri dipandang sebagai jalan keluar yang terhormat.
86 Roland Muller, Honor and Shame (Philadelphia, PA: Xlibris Coeporation, 2000), p.46-8.
Kehormatan ditunjukkan melalui berbagai cara, dengan keramah-tamahan dimana kedua keluarga dan tamu dihormati atau dengan setuju dengan anggota keluarga lain (bahkan jika sebenarnya anda tidak setuju dengannya), memberikan kehormatan kepada mereka. Paradigma ini merembesi semua aspek masyarakat dan kehidupan: kursi mana yang anda duduki, siapa yang boleh lebih dulu berjalan menuju ke pintu, memberikan pemberian-pemberian dan dengan melakukan kebaikan kepada orang lain. Kehormatan didapatkan melalui lulus ujian, pernikahan, melahirkan anak laki-laki. Anda tidak dapat mendatangkan hormat dari diri anda sendiri, kehormatan datangnya dari orang lain melalui apa yang mereka
lihat atau perkirakan. Usia mendatangkan kehormatan; ada pepatah yang
mengatakan “orang yang sehari lebih tua dari anda lebih bijaksana setahun (dari
anda)”. Kehormatan diberikan kepada keluarga, atau pada sebuah suku atau
bahkan sebuah bangsa. Suatu bangsa dapat dihormati, atau dipermalukan dan
“kehilangan muka” di mata dunia.
Malu dan dampaknya pada keluarga
Jika seorang anggota keluarga melakukan suatu kesalahan atau jika mereka
berada dalam keadaan yang dianggap memalukan, maka itu harus dirahasiakan
dalam lingkungan keluarga dan disembunyikan dari dunia luar. Ini harus dilakukan
berapapun harga yang harus dibayar, jika tidak demikian maka keluarga akan
dipermalukan. Bahkan kelahiran seorang bayi perempuan dapat dianggap
memalukan dan peristiwa itu tidak disebarluaskan. Ucapan belasungkawa akan
diberikan kepada ayah bayi itu. Oleh karena itu kehormatan dan malu menjadi
kekuatan yang mengontrol kehidupan manusia.
Malu bukan hanya disebabkan oleh sebuah tindakan yang bertentangan dengan
sistem nilai yang berlaku tetapi juga apabila perbuatan itu diketahui oleh orang
luar. Orang yang telah melakukan sebuah tindakan yang memalukan harus
menutupinya, karena mengungkapkan hal itu sama dengan melakukan sebuah
perbuatan memalukan lainnya. Ada pepatah Arab yang mengatakan “malu yang
ditutupi sudah diampuni dua per tiga”. Untuk menghindari malu, dusta atau
menyembunyikan dipandang sebagai tindakan yang terhormat dan oleh karena itu
adalah tindakan yang benar untuk dilakukan. Namun demikian, jika sebuah
tindakan yang memalukan tidak dapat ditutupi oleh cara apapun juga, maka hal itu
harus dibalas. Ini diperintahkan oleh Qur’an:
Hai orang-orang beriman, pembalasan ditetapkan bagi kamu dengan
menumpahkan darah.87
Disini kita memasuki dunia pembunuhan demi kehormatan yang akan kita bahas
kemudian. Berdasarkan prinsip tersebut, jika ada suku yang merasa telah
87 Ibid, p.81.
41
dipermalukan, maka akan terjadi perang antar suku. Saya bertemu dengan
seorang gadis muda Muslim yang pada usia 5 tahun telah ditunangkan dengan
seorang anak laki-laki dari Pakistan. Kini ia berusia 18 tahun dan tidak ingin
menikahi anak laki-laki itu, tapi ingin memilih sendiri teman hidupnya dari Inggris.
Hal ini menimbulkan kekuatiran besar bagi orang-tuanya yang kini
mempertanyakan keputusan mereka melaksanakan “pertunangan” ini. Orangtuanya
terjebak dalam sebuah dilema. Jika ia tidak meneruskan ke pernikahan
maka keluarga itu akan dipermalukan, jika ia tetap dinikahkan maka ia akan
menjalani nikah paksa yang tidak diinginkannya. Mereka terperangkap dalam
situasi yang mustahil, yang menyebabkan mereka berada dalam permasalahan
besar.
Pemisahan antara kehormatan dan malu
Sementara berdasarkan aturan, teori kehormatan dan malu berhubungan dengan
tingkah-laku yang ditunjukkan oleh pria dan wanita. Dalam prakteknya secara
umum kehormatan dilihat sebagai tanggung-jawab pria dan malu adalah bagian
wanita. Pemisahan antara kehormatan dan malu berkaitan dengan kenyataan
bahwa kehormatan dipandang tercapai dengan aktif sementara malu secara pasif
dibela, dan ini mengakibatkan adanya pengharapan yang berbeda terhadap pria
dan wanita. Sehubungan dengan hal ini malu yang dialami wanita adalah konsep
yang berkenaan dengan seksualitas perempuan yang harus mendapatkan kontrol
sosial.88
Masalah penting dalam definisi malu disini terutama adalah kontrol seksual
terhadap wanita, dan generasi muda secara umum. Jika seorang wanita menolak
untuk menerima pernikahan melalui perjodohan, mempunyai hubungan di luar
nikah, menggoda pria atau mengenakan pakaian yang “mengundang” maka ia
mendatangkan malu. Oleh karena itu malu yang berkaitan dengan wanita akan
mempermalukan pria karena hal itu menandakan bahwa kerabat prianya terlalu
lemah untuk mengontrol atau membelanya.89
Penulis Muslim Inggris Mohammad Raza mengkalim bahwa konsep izzat – yaitu
sindrom dominasi pria dan tunduknya wanita, sindrom ketidakpercayaan terhadap
seksualitas wanita, sindrom wanita hanya sebagai properti – semua itu berakar
sangat dalam di dalam budaya patriarkhal Muslim.90 Ia mengatakan bahwa ada
ketidakpercayaan dasar yang mendarah-daging terhadap kewanitaan dan
seksualitas perempuan. Ini berasal dari pandangan bahwa wanita lebih dipandang
88 Judy Mabro & El Solh Camilla Fawzi (eds.), Muslim Women’s Choices (Oxford: Berg Publishers, 1994),
p.8.
89 Ibid, p.137.
90 Mohammad S Raza, Islam in Britain, (Leicester: Volcano Press Ltd, 1991), p.88.
42
sebagai “properti” dan bukan sebagai seorang pribadi. Properti harus dijaga
dengan baik karena jika properti itu “rusak” melalui kontak seksual itu akan
“menghilangkan kehormatan” dan “mendatangkan malu” pada keluarga.
Berdasarkan konsep ini, wanita dalam sebuah keluarga, melalui tingkah-laku yang
pantas mendatangkan kehormatan bagi pria dalam keluarga itu sehingga
kehormatan dan prestise mereka (dan juga si wanita) tetap terpelihara, atau
ditingkatkan.91
Sebuah keluarga mengatakan kepada saya bahwa jika putri mereka dipukuli oleh
suaminya maka mereka tidak akan melakukan apa-apa, karena itu akan
mempermalukan seluruh keluarga. Mereka lebih suka menjaga kehormatan
mereka dan membiarkan putri mereka menderita. Selama hal itu tersembunyi dari
dunia luar maka itu telah memuaskan mereka.
Sangat lazim bagi para gadis Muslim untuk berhenti sekolah pada usia 16 tahun
dan tinggal di rumah untuk mengurus rumah dan keluarga. Banyak yang tidak
diijinkan untuk melanjutkan ke perguruan tinggi atau mendapatkan pendidikan
lanjutan. Orang-tua melihat hal ini sebagai upaya untuk menjaga gadis itu,
menjamin bahwa ia tidak akan mengalami hal yang buruk dan ia akan tetap murni
dan perawan ketika ia menikah. Ini juga akan menjamin bahwa ia tidak akan
mempunyai anak di luar nikah, karena hal itu amat sangat memalukan. Ini tidak
hanya terefleksi dengan buruk padanya tapi juga pada orang-orang yang
semestinya mengontrolnya. Tindakan apapun yang menentang otoritas generasi
yang lebih tua untuk mengontrol hak seksualnya dipandang sebagai hal yang
memalukan. Sebuah pernikahan biasanya akan diatur tidak lama setelah ia
meninggalkan sekolah atau pendidikan lanjutan.
Perlindungan berlebihan terhadap wanita dan keperawanan mereka menjadikan
para wanita sebagai beban yang hampir-hampir tidak tertanggungkan oleh
keluarga. Hal ini secara alamiah akan mendorong keluarga untuk mencarikan
suami untuknya dan sesegera mungkin menyerahkannya kepada keluarga
mertuanya. Seorang anak perempuan selalu dipandang sebagai tamu di rumah
ayahnya dan semua pelatihan dan orientasinya hanyalah untuk menjadikannya
seorang istri dan menantu perempuan yang baik dan belajar untuk taat.92
91 Ibid, p.88.
92 Jamila Brilbhushan, Women in Purdah and Out of It (New Delhi: Vikas, 1980), p.47.
43
Kontrol ketat terhadap seksualitas perempuan
Mengontrol seksualitas aktif perempuan adalah dasar banyak institusi keluarga
Islam. Stabilitas masyarakat dipelihara dengan menciptakan institusi-institusi yang
mendorong pria untuk mendominasi di dalamnya, dan mengasingkan wanita. Oleh
karena itu hukum-hukum Islam diwarnai dengan penguasaan pria atas wanita, dan
itu meliputi berbagai aturan yang meregulasi hidup wanita.93
Islam memandang wanita sebagai kekuatan yang merusak. Ada asumsi bahwa
pria tidak dapat menahan godaan wanita, sehingga memberikan pembenaran
untuk mengontrol seksualitas perempuan. Solusi atas permasalahan yang
kelihatannya sebagai kuasa yang merusak yang dimiliki wanita adalah dengan
mengurungnya di rumah dimana ia harus mengurus anak-anak dan harus
mengenakan kerudung.94 Ghazali, salah seorang sarjana klasik Islam mengenai
pernikahan, melihat peradaban bergumul bagaimana mengatasi kekuatan wanita
yang bisa merusak. Ia yakin wanita mendatangkan daya tarik yang fatal yang
melumpuhkan keinginan pria untuk menolaknya dan menempatkan pria dalam
peran yang pasif.
Kuasa ini dilihat sebagai elemen yang paling menghancurkan dalam tatanan sosial
Muslim, karena pria teralihkan perhatiannya dari kewajiban-kewajiban sosial dan
keagamaan mereka. Masyarakat hanya bisa hidup dengan menciptakan institusiinstitusi
yang menganjurkan dominasi pria melalui segregasi seksual dan poligami.
Ia menempatkan wanita sebagai pemburu dan pria sebagai korban yang pasif.95
Dikisahkan pernah suatu ketika Muhammad melihat seorang wanita, ia bergegas
pulang ke rumahnya dan bersetubuh dengan Zaynab istrinya. Kemudian ia
meninggalkan rumah dan berkata, “Wanita keluar dan kembali dalam bentuk
sesosok iblis”.96
Oleh karena pandangan seperti ini terhadap wanita maka Islam secara tradisional
memiliki tempat-tempat terpisah untuk pria dan wanita. Wanita hanya boleh
berbicara dengan sesama wanita terpisah dari kerabat pria. Begitu pula dengan
pria, mereka hanya berbicara dengan sesama pria terpisah dari para wanita
anggota keluarga mereka. Oleh generasi muda, aturan-aturan yang ketat ini
dipatahkan juga karena adanya sekolah-sekolah campuran dan aturan-aturan
sosial yang ada di tempat-tempat pendidikan tinggi.
93 Bo Utas (ed), Women in Islamic Societies (London: Curzon Press, 1983), p.6.
94 Mabro & El Solh, Muslim Women’s Choices, p.153.
95 Utas, Women in Islamic Societies, p.5
96 Sahih Muslim in The Alim (Silver Spring, Maryland: ISL Software Corp, 1986-99), Hadith 672.
44
Pembunuhan demi kehormatan
Pembunuhan demi kehormatan berakar dalam pepatah Arab yang saru, yaitu
“kehormatan seorang pria terletak diantara kedua kaki seorang wanita”. Bagi kaum
wanita Muslim, keperawanan sebelum pernikahan dan kesetiaan dalam
pernikahan dipandang sebagai sebuah keharusan dan pria diharapkan untuk
mengontrol para kerabat wanita mereka. Jika seorang wanita serong, ada
anggapan luas bahwa martabat pria dapat dipulihkan hanya dengan cara
membunuh wanita itu. Sebuah skandal yang terendus sedikit saja dapat berarti
hukuman mati. Seringkali, pembunuhan demi kehormatan dilaksanakan karena
alasan-alasan yang sepele, seperti misalnya seorang pria bermimpi bahwa istrinya
telah mengkhianatinya. Masyarakat senantiasa mendukung pembunuhanpembunuhan
seperti ini. Wanita harus menanggung kebiasaan ini sementara
pihak-pihak legal mentolerirnya atau bahkan mengijinkannya.97 Di Pakistan, orang
yang didakwa melakukan pembunuhan berkaitan dengan kehormatan keluarga
umumnya hanya dijatuhi hukuman yang lebih ringan daripada pembunuhan karena
alasan lain, karena hukum seringkali memberikan pengurangan hukuman dalam
kasus-kasus dimana ada keterkaitan dengan masalah kehormatan. Dalam
beberapa kasus, pria dipenjarakan hanya selama 3 bulan, yang lainnya bahkan
sama sekali tidak dibawa ke pengadilan.98
Ada peningkatan jumlah pembunuhan demi kehormatan ini yang dilaporkan setiap
tahun di negara-negara Barat. Baru-baru ini ada sekitar 20 pembunuhan demi
kehormatan di Inggris Raya, dan ada ketakutan jika jumlah itu akan semakin
bertambah. Metropolitan Police Service telah membentuk sebuah kelompok kerja
untuk lebih memahami “pembunuhan demi kehormatan” ini untuk menolong
mereka menginvestigasi para pelakunya dan dengan lebih baik dapat menolong
mereka yang beresiko untuk dibunuh.99
Di negara-negara seperti Pakistan ada ratusan pembunuhan demi kehormatan
yang dilakukan setiap tahun. Para pelakunya biasanya sangat brutal dan seringkali
menggunakan pisau, kapak, bahkan senjata api. Pembunuhan demi kehormatan
adalah kekerasan jender pria, yang dapat dilakukan oleh sepupu, ayah, saudara
laki-laki, paman, anak laki-laki atau kerabat pria lainnya terhadap anggota keluarga
yang wanita. Seorang anak laki-laki dapat membunuh ibunya jika ia yakin bahwa
ibunya berselingkuh, walau tidak ada buktinya. Seorang ayah dapat membunuh
anak perempuannya. Alasannya bisa jadi hanya karena tingkah-lakunya telah
97 Lisa Beyer, “The Price of Honor”, Time, Jan 18, 1999, p.29.
98 “In the Name of the Father”, Asianwoman, Sept 2000, p.20.
99“UK Muslims Condemn Honor Killings”, BBC News, Sept 30, 2003, at
http://news.bbc.co.uk/1/hi/england/london/3150142.stm,. Viewed, April 15, 2008.
45
keluar batas, mungkin karena menolak pernikahan melalui perjodohan, atau
pakaiannya atau karena perangai seksual yang salah. Mereka yakin bahwa ia
harus dihukum untuk memulihkan kehormatan keluarga.
Di Inggris, walau beberapa komunitas Muslim melakukan budaya pembunuhan
demi kehormatan ini, beberapa pemimpin Muslim menentangnya. Mereka
beralasan bahwa praktek tersebut tidak islami. Seorang juru bicara untuk Muslim
Council of Britain menyatakan, “Secara kategoris Islam tidak mengijinkan siapapun
untuk membunuh anak perempuannya sendiri”.100
Pembunuhan demi kehormatan berasal dari sistem patriarkhal kuno dan sama
tuanya dengan sejarah Islam. Praktek ini terjadi jauh sebelum adanya pertikaian
budaya di jaman moden ini. Namun demikian di Barat pemicunya dapat berupa
pertikaian budaya antara Timur dan Barat, antara orang-tua dan orang muda.
Banyak orang-tua yang berasal dari latar-belakang religius yang ketat bergumul
dengan apa yang mereka lihat sebagai tingkah-laku anak-anak mereka yang tidak
dapat dikendalikan. Ancaman-ancaman, pemukulan dan kemungkinan
memberlakukan penghukuman digunakan sebagai sarana untuk mengontrol.
Keluarga Yones
Keluarga Yones tiba di Inggris pada tahun 1993 dari Irak Utara. Putri mereka
Heshu bergaul dengan teman-teman dari beragam budaya. Ayahnya menjadi
sangat gusar karena ia tidak hidup berdasarkan nilai-nilai Muslim. ayahnya
berusaha memukulinya agar tunduk tapi ia tetap memakai gaun-gaun yang cantik
dan menikmati kehidupan sosialnya. Ia berusaha menyenangkan ayahnya dengan
berpakaian rapi di rumah dan hanya memakai rias wajah jika ia jauh dari keluarga.
Namun demikian ia tetap takut ayahnya akan mengetahui jika ia sudah punya
pacar. Surat-suratnya yang kemudian ditemukan menunjukkan rencananya untuk
kabur dari rumah dan memulai hidup baru. Di salah satu surat ia mengatakan
kepada ayahnya ia ingin dibiarkan sendiri dan ia tidak mau ayahnya mencarinya.
Ketika datang sebuah surat kaleng yang mengatakan bahwa putrinya telah tidur
dengan sang kekasih, ketakutannya yang terburuk menjadi semakin kuat. Dalam
kemarahannya, ia menggorok leher putrinya dan terus menikamnya. Ia sangat
ketakutan jika nama keluarganya menjadi cemar dan sangat ingin memulihkan
kehormatannya, yang ia yakini hanya dapat dilakukan dengan cara membunuh
putrinya. Banyak pria seperti itu tidak takut terhadap hokum, dan mereka yakin
bahwa pembunuhan-pembunuhan seperti itu adalah cara yang dapat diterima
100 Ibid.
46
untuk memulihkan kehormatan keluarga yang ternoda. Mereka dapat
bersekongkol dengan anggota-anggota keluarga lainnya untuk membunuh.101
Kejahatan ini adalah fenomena yang selalu bertumbuh di Inggris yang mempunyai
banyak ragam budaya dan itu adalah natur protektif keluarga dan komunitas untuk
menghindarkan orang luar mengetahui penderitaan si korban. Seandainya pun
orang luar campur tangan, maka seringkali sudah sangat terlambat. Kebanyakan
pembunuhan demi kehormatan dilakukan dengan sangat rahasia.102
Rita Rupal, direktur dari Newham Asian Women Project mendapati bahwa tinggal
di Barat sesungguhnya menghidupkan nilai-nilai tradisional. Komunitas-komunitas
merasa terancam oleh faktor-faktor seperti rasisme dan kemudian mereka menjadi
semakin erat. Identitas budaya mereka semakin dipertegas dan tidak berubah
seperti yang sewajarnya terjadi, karena mereka merasa terancam oleh apa yang
mereka lihat di sekeliling mereka.103 Para wanita muda Muslim biasanya tidak
bebas untuk bertindak sesuka mereka karena budaya mereka menuntut ketaatan
yang sangat tinggi. Kemanapun mereka pergi mereka mewakili keluarga dan
komunitas mereka dan harus menjaga reputasi keluarga dan komunitas mereka
itu.
Bunuh diri demi kehormatan
Hingga belum lama ini di Turki, seorang pria yang telah membunuh kerabat
wanitanya dengan alasan kehormatan atau tradisi tidak diperlakukan dengan
keras. Seringkali seorang saudara laki-laki yang lebih muda usia akan menjadi
seorang pembunuh dan hanya dihukum dengan sebuah tamparan di lengan.
Pembunuhan itu dan apa yang disebut sebagai pertikaian legal, digambarkan
kemajuannya dalam laporan Uni Eropa dan negara-negara yang kemudian akan
menerapkannya. Pada tahun 2005, hukum Turki telah berubah berkaitan dengan
“pembunuhan demi kehormatan”. Turki kini menjatuhkan hukuman penjara seumur
hidup bagi anggota keluarga yang ambil bagian dalam pembunuhan demi
kehormatan. Hingga Mei 2006, 36 wanita telah melakukan bunuh diri di Turki dan
jumlah ini lebih banyak dari jumlah selama setahun yang lalu. Angka rata-rata
bunuh diri di Turki sangat rendah dibandingkan dengan seluruh dunia namun natur
dari kematian-kematian ini sangat berbeda. Kelompok-kelompok wanita percaya
bahwa para wanita malang itu diberi pilihan “Disini ada senjata api atau racun.
Bunuhlah dirimu sendiri sehingga saya tidak usah dipenjarakan karena
101 Lewis Smith, “A Murderous Clash of Culture”, The Sunday Times, Oct 5, 2003, p.9.
102 David Jones, “As Yet Another Failed is Jailed for an Honor Killing”, Daily Mail, Oct 9, 2003, p.48-9.
103 Smith, “A Murderous Clash of Culture”, p.9.
47
membunuhmu”. Jika mereka menolak mereka akan tetap dibunuh dan dikatakan
bahwa mereka telah melakukan bunuh diri karena menderita depresi.104
104 Suna Erdem, “Honor Suicides: death by a bullet in the back”, The Times, May 25, 2006, p.45.
SAYA SEKELUARGA INGIN MENGUCAPKAN BANYAK TERIMAH KASIH KEPADA AKI NAWE BERKAT BANTUANNNYA SEMUA HUTANG HUTANG SAYA SUDAH PADA LUNAS SEMUA BAHKAN SEKARAN SAYA SUDAH BISA BUKA TOKO SENDIRI,ITU SEMUA ATAS BANTUAN AKI YG TELAH MEMBERIKAN ANKA JITUNYA KEPADA SAYA DAN ALHAMDULILLAH ITU BENER2 TERBUKTI TEMBUS..BAGI ANDA YG INGIN SEPERTI SAYA DAN YANG SANGAT MEMERLUKAN ANGKA RITUAL 2D 3D 4D YANG DIJAMIN 100% TEMBUS SILAHKAN HUBUNGI AKI NAWE DI 085-218-379-259
ReplyDelete