Friday, February 25, 2011

Setelah Ahmadiyah Muncul Deviasi Baru Dalam Islam, Lesbian Muslim!

LONDON, RIMANEWS ---- Lesbian Muslim asal Inggris juga ingin mengukuhkan cinta mereka dengan cara terhormat, seba­gai­mana pasangan normal lain di du­nia. Karena mereka seiman, pa­sangan Sarah dan Asra, sesama je­nis, setuju menikah secara Islam. Uniknya, yang meni­kah­kan mereka adalah lesbian juga.

“Kami bertemu Ramadhan tiga tahun lalu dalam acara buka pu­asa bersama. Kami berkenalan dan berbincang. Lalu sepakat un­tuk berkencan,” kata Asra me­nge­nang pertemuannya dengan Sa­rah kepada BBC, Minggu (20/2).



Menurut Asra, satu jam setelah ber­kencan, Sarah mengajaknya menikah. “Saya pikir kami sudah berkencan empat, makan malam, dan minum kopi. Saya tidak merencanakan hal itu. Saya mencoba senatural mungkin. Ini terdengar aneh, tapi kami ingin melakukannya secara terhormat,” timpal Sarah.

Asra menerima ajakan Sarah. Mereka setuju menikah secara Islam. Masalah muncul, menurut aturan Islam menikah dilakukan pasangan pria dan perempuan. “Beberapa teman mengatakan, kamu tidak perlu Imam resmi, cukup mendatangkan seseorang yang mengetahui Islam dan mengerti Quran,” kata Sarah.

“Ada teman kami yang mau menjadi Imam nikah, dia lesbian juga. Dia bilang upacara per­ni­kahan ini bisa dilakukan di rumahnya,” lanjut Sarah.

Tiga bulan setelah Sarah me­lamar, mereka menikah. Sarah dan Asra menyiapkan sepasang cincin. Mereka juga menyiapkan perjanjian menikah. “Kami me­lihat contoh perjanjian menikah pasangan berbeda jenis di in­ternet,” kata Sarah.

Dalam surat perjanjian itu, Sarah mencantumkan seekor an­jing. Bila mereka berpisah, anjing itu tetap milik Sarah. “Aku takut anjing itu diambil Asra,” ujar Sarah. Selain cincin, perjanjian menikah, mereka juga menyiap­kan mahar senilai lima pounds­ter­ling atau sekitar Rp 71 ribu. Ma­har itu masih mereka simpan.

Upacara pernikahan Sarah dan Asra dihadiri enam teman me­reka, termasuk saksi. Per­nikahan mereka juga disak­sikan seekor kucing. Upacara ni­kah meng­gu­nakan bahasa Arab, tahap-ta­hapan mereka menikah pun la­yak­nya pasa­ngan berbeda jenis.

Asra dan Sarah menikah secara Islam. Namun perjalanan mereka tak mudah. Selain pernikahan sesama jenis dilarang dalam akidah Islam, orang tua Asra juga menentang. Hal berbeda dialami Sarah, sebab dia tumbuh bukan sebagai Muslim. Dia baru men­jadi muslim lima tahun lalu. Keluarga Sarah menerima dia seorang lesbian.

Sarah dan Asra tahu mereka me­lawan dunia, tapi Sarah me­rasa itu bukan urusan orang lain. “Ini hubungan antara aku dan Tuhan, mungkin pernikahan ini bukan yang ideal, tapi kami mencoba yang terbaik.”

Gelombang Islam juga me­nyen­tuh kaum gay di Inggris. Muslim gay ini bukan hanya berjuang untuk persamaan hak sebagai individu tapi juga pers­a­maan dalam hal menikah. Be­berapa kelompok yang membela kaum gay Muslim di Inggris mu­lai muncul. Kelompok itu di an­taranya, Imaan dan Safra Pro­ject. Seorang tokoh yang meng­ad­vo­kasi pernikahan gay Muslim ada­lah Imam asal Amerika, Daa­yiee Abdullah, juga gay. (Juf/RM)

TEMPO Interaktif, Sarah dan Asra bertemu pada Ramadan tiga tahun lalu. Mereka berkenalan di sebuah acara buka puasa. "Kami berbincang, lalu sepakat untuk berkencan," kata Asra seperti dikutip dari BBC, Minggu (20/2).

Saat kencan, Asra dan Sarah berbicara dari hati ke hati, bertukar pengetahuan tentang Islam. "Empat jam kami kencan, mulai dari makan malam, minum kopi, berjalan kaki," ujar Sarah. Satu jam setelah kencan, Sarah langsung mengajak Asra menikah. "Terdengar aneh, tapi kami ingin melakukannya secara terhormat."

Asra menerima ajakan menikah Sarah. Mereka setuju untuk melakukan pernikahan secara Islam. Masalah muncul, tradisi nikah secara Islam biasanya dilakukan oleh pasangan pria dan perempuan.

"Beberapa teman mengatakan, kamu tidak perlu Imam resmi, tapi kamu perlu mendatangkan seseorang yang mengetahui Islam dan mengerti Quran," kata Sarah. "Akhirnya ada teman kami yang mau menjadi Imam nikah, dia lesbian juga dan dia katakan upacara pernikahan ini bisa dilakukan di rumahnya."

Tiga bulan setelah Sarah melamar, hari yang ditunggu itu datang. Asra mengenakan baju tradisional Pakistan -shalwar kameez- dan Sarah mengenakan gaun merah muda. "Sebenarnya aku ingin mengenakan gaun kulit tapi Asra tidak setuju," ujar Sarah.

Sarah dan Asra juga menyiapkan sepasang cincin yang dibeli di Camden market. Mereka juga menyiapkan perjanjian menikah. "Kami melihat contoh perjanjian menikah pasangan berbeda jenis di internet," kata Sarah.

Dalam perjanjian menikah itu, Sarah mencantumkan seekor anjing. Bila mereka berpisah, anjing itu tetap milik Sarah. "Aku takut anjing itu diambil Asra," ujar Sarah.

Selain cincin, perjanjian menikah, mereka juga menyiapkan mahar senilai 5 poundsterling atau sekitar Rp 71 ribu. Mahar itu hanya simbol, tapi sampai saat ini mereka masih menyimpan mahar itu.

Upacara pernikahan Sarah dan Asra dihadiri enam teman mereka, selain menjadi tamu, enam orang itu menjadi saksi. Pernikahan mereka juga disaksikan seekor kucing. Seremoni ini berjalan dalam bahasa Arab, tahap-tahapan mereka menikah pun layaknya pasangan berbeda jenis.

Asra dan Sarah menikah secara Islam, namun perjalanan mereka tak mudah. Selain pernikahan sesama jenis ini tidak diperbolehkan secara akidah Islam, orang tua Asra juga menentang.

"Sangat sulit buatku untuk memberitahu kepada keluarga bahwa aku lesbian, mereka tahu aku religius, tapi untuk mengakui aku lesbian sangat sulit," katanya.

Hal berbeda dialami Sarah, sebab dia tumbuh bukan sebagai Muslim. Dia baru menjadi muslim lima tahun lalu. Keluarga Sarah juga menerima bahwa dia seorang lesbian. Namun sepertinya, kata Sarah, mereka ingin aku tidak menjadi Muslim.

Sarah dan Asra tahu mereka melawan dunia, pernikahan mereka juga ditentang mayoritas akademisi Muslim, tapi Sarah merasa itu bukan urusan orang lain. "Ini hubungan antara aku dan Tuhan, mungkin pernikahan ini bukan yang ideal, tapi kami mencoba yang terbaik."

Jumlah umat muslim di Inggris terus bertambah tiap tahun. Sebuah studi memperkirakan satu dari sepuluh warga Inggris beragama Islam pada 2030. Gelombang Islam ini juga menyentuh kaum gay di Inggris. Muslim gay ini bukan hanya berjuang untuk persamaan hak sebagai individu tapi juga persamaan dalam hal menikah.

Beberapa kelompok yang membela kaum gay Muslim di Inggris mulai muncul. Kelompok itu di antaranya, Imaan dan Safra Project. Seorang tokoh yang mengadvokasi pernikahan gay Muslim adalan Imam asal Amerika, Daayiee Abdullah, yang juga seorang gay.

Daayiee Abdullah telah menikahkan beberapa gay di Amerika. Dia juga memberi nasihat kepada gay Muslim di Inggris bagaimana cara melakukan pernikahan secara Islam. "Karena hukum Islam tidak memungkinkan sesama jenis untuk menikah, banyak yang bilang mustahil sesama jenis bisa menikah," kata Daayiee Abdullah.

Tapi, lanjut Daayiee, bila tidak mengizinkan pasangan sesama jenis untuk menikah maka ada pertentangan dengan pesan dalam Quran yang mengatakan setiap orang memiliki pasangan yang membawa kenyamanan.

BBC | PGR

No comments:

Post a Comment