"Para orangtua menjadi marah setelah anak-anak sekolah Katolik diumumkan untuk mengenakan pakaian Muslim saat melakukan kunjungan ke mesjid – atau mereka akan dicap sebagai pembolos," dari Daily Mail, 12 Mei, 2010.
Seorang anak sekolah Katolik dicap sebagai seorang "pembolos" oleh guru-gurunya setelah ia menolak untuk mengenakan pakaian Muslim ketika sekolah itu melakukan kunjungan ke sebuah mesjid.
Staf telah memerintahkan Amy Owen, siswa berusia 14 tahun dan teman-teman sekelasnya untuk mengenakan kerudung, mengenakan pakaian panjang atau yang berjumbai dengan lengan yang tertutup saat mereka melakukan kunjungan wajib ke mesjid yang dirancang untuk mempromosikan "komunitas yang bersatu-padu."
Tetapi ketika Amy menolak untuk mengenakan pakaian Muslim seperti itu saat mengunjungi mesjid Al Rahma di Toxteth, Liverpool, staf memperingatkannya akan ketentuan yang sudah ditetapkan dan mengatakan bahwa sikap penolakan berarti bahwa ia dianggap tidak hadir, dan karena itu akan dikategorikan sebagai sebuah “absen yang tanpa otorisasi.”
Dalam sebuah surat yang tegas kepada keluarganya dengan kata-kata yang ditulis dengan huruf besar dan digarisbawahi, sang kepala sekolah Peter Lee mengatakan bahwa kunjungan itu adalah ‘sebuah kewajiban sebagai sebuah kunjungan lapangan geografi.’
Ia menambahkan: "Ada dua alasan untuk kunjungan-kunjungan seperti ini. Yang pertama adalah bahwa rencana kerja studi-studi keagamaan MENGHARUSKAN para anak untuk memiliki pengetahuan dan pemahaman mengenai agama-agama dunia lainnya."
'Yang kedua adalah bahwa sekolah DIHARUSKAN untuk mempromosikan penghormatan dan toleransi serta pemahaman. Hal ini dikenal sebagai kohesi komunitas (kesatu-paduan komunitas). Kegagalan untuk melakukan hal ini akan menghasilkan inspeksi penghakiman yang tidak diharapkan. Tak ada dari kita yang menyukai hal itu...'
Diyakini bahwa lebih dari sepuluh anggota-anggota keluarga dari kelas 9 dimana Amy duduk, juga menolak untuk mengenakan pakaian Muslim dan karena itu mereka juga dianggap sebagai pembolos.
Tetapi ibu Amy, Michelle Davies (34 tahun), seorang ibu rumah tangga berkata: "Ini sama seperti mereka tengah menodongkan senjata ke kepala anda – apakah kamu akan pergi ke sebuah mesjid, atau kamu akan dicap sebagai seorang yang absen tanpa otorisasi dalam catatan anda – tidak ada dua cara mengenai hal ini.
"Saya juga gagal melihat bagaimana sebuah kunjungan tiga jam ke sebuah mesjid memberikan nilai pendidikan bagi seorang Katolik ketika ia bisa belajar mengena iman Muslim di ruang kelas."
"Saya bisa menjamin bahwa jika ada sepuluh wanita Muslim datang ke dalam sekolah kita, ia akan mengikuti apa yang mereka inginkan, sebab itulah iman mereka, agama mereka, dan cara mereka berpakaian."
Ini adalah jalan satu arah dari "toleransi" multikulturalis!
No comments:
Post a Comment