Oleh Fr. Zakaria Boutros
BISMIL AL AB WAL IBN WAR RUHIL AL QUDUS, AL ILLAH WAHEED, AMIEN
HUBUNGAN SUAMI DAN ISTRI DALAM PANDANGAN ISLAM
…
B). Ajaran Dalam Agama Islam
Kita mengetahui ayat–ayat dalam Al-Quran yang sangat terkenal yakni dalam SURAT 4. AN NISAA’ 3, yang mana arti dalam Surah ini adalah bahwa setiap budak atau tawanan perang ia (Muslim) dapat memilikinya dan jumlahnya tiada terbatas, disamping itu perkawinan mereka (Muslim dan tawanan perang) hanya dilandasi kesenangan belaka, jika seorang Muslim pergi atau berperang (Jihad), maka laki–laki (Muslim) dapat mengambil seorang wanita, dan membelanjakannya (membeli atau menjual budak tawanan perang tersebut), kemudian memberikan upah kepadanya (budak atau tawanan perang).
Perlu saya tambahkan bahwa Islam sangat gemar melakukan conquest (penaklukan) yang bukan daerahnya sendiri atau yang lebih dikenal sebagai “Ghazwa”, seperti contoh ketika bani (suku) Mustaliq kalah melawan Islam, pihak Muslim mengambil perempuan dan anak–anak untuk dijadikan budak pemuas nafsu biadab para laki–laki Islam (Muslim). Saya berikan kutipannya dalam Hadis Shahih Bukhari :
Shahih Bukhari, Volume 9, Book 93, Number 506
Dikisahkan oleh Abu Said Al-Khudri:
Ketika dalam peperangan dengan Bani Al-Mustaliq, mereka (tentara Muslim) menangkap tawanan-tawanan wanita dan ingin menyetubuhi wanita-wanita itu tanpa membuat mereka hamil. Maka mereka (tentara Muslim) bertanya pada Nabi tentang azl/coitus interruptus.
Dalam Shahih Muslim, Book 8, Number 3371
Abu Sirma berkata kepada Abu Sa’id Al Khadri:
O Abu Sa’id, apakah kau mendengar Rasul Allah berkata tentang al-azl/coitus interruptus? Dia berkata : Ya, dan menambahkan : Kami pergi bersama Rasul Allah dalam perjalanan ke Bi’l-Mustaliq dan mengambil tawanan-tawanan wanita Arab yang cantik-cantik; kami terangsang melihat mereka, karena kami jauh dari istri-istri kami, (tapi pada saat yang sama) kami juga ingin menggunakan mereka sebagai sandra untuk ditebus (dengan uang). Karena itu kami mengambil keputusan untuk berhubungan seks dengan mereka tapi dengan melakukan azl/coitus interruptus.
Ini hanya sebagian contoh kecil yang tercatit sepanjang rentang waktu hidup Muhammad ini dalam Hadis diatas, dan yang lebih mengenaskan lagi disaat Al-Quran diwahyukan disaat itu pula Muhammad dan pasukannya melakukan coitus interruptus terhadap tawanan perang, hal ini tercatat dalam Hadis Shahih Bukhari, Volume 7, Book 62, Number 136.
Kehidupan Muhammad ini yang paling mengenaskan adalah dalam Sirakh Muhammad karangan oleh Ibn Ishaq dan tafsir Al Syouty bagian 3 halaman 377, saya berikan kutipannya :
Muhammad telah berkata : ada tiga hal yang paling aku (Muhammad) sukai, diantaranya wanita, parfum, dan makanan.
Kutipan diatas kita dapat menelaah kehidupan Muhammad ini dengan jelas, maka tak heranlah Muhammad memiliki banyak sekali istri dan budak tawanan untuk beliau setubuhi.
Kita semua mengetahui bahwa kehidupan Muhammad, bahwa dianya belum pernah kawin dengan siapapun (sebelum Khadijah meninggal) kecuali dengan Khadijah pada umur 25 tahun, setelah Khadijah meninggal dia (Muhammad) menikahi seorang anak–anak yang berumur 6 tahun, dalam Hadis banyak sekali pertentangannya ada yang mengatakan Muhammad menikahi Aisyah pada umur 6 dan 9 tahun, tetapi sungguh biadablah para penafsir Hadis yang mengatakan Muhammad menikah dengan Aisyah pada umur 19 tahun, berikut petikan dari Dr. Aeisha Abdul-Rahman Bent Al-Shate, seorang Doktor lulusan Universitas Al Azhar dalam buku beliau yakni “the prophet’s women”, dimana dia mengatakan bahwa tak mungkinlah Muhammad menikahi Aisyah pada umur 19 tahun. Kemudian beliau memberikan jawaban berdasarkan Hadis itu sendiri, yakni :
1) Pada hari perkawinannya ia (Aisha) bermain dengan teman-temannya di ayunan.
2) Ibunya membasuh mukanya dan kepalanya.
3) Ia dijemput dari ayunan dan dibawa kepada Nabi.
Paparan yang lebih mengenaskan lagi yang ditulis oleh Doktor lulusan Al Azhar ini adalah tindakan Muhammad yang biadab yang mengambil istri kemenakan sendiri yakni Zainab Bent Jahsh dari anak adopsi Muhammad sendiri yakni Zaied Ibn Hartha. Hal ini dikarenakan bahwa Muhammad melihat bahwa Zainab Bent Jahsh sangatlah cantik, oleh itu Muhammad memulai rencana keji dan biadabnya, dia (Muhammad) menuliskan SURAT 33. AL AHZAB (dengan mengatakan bahwa Allah menurunkan Surah itu), kemudian Muhammad mengambil istri kemenakan sendiri.
Dilain pihak umat Islam mengklaim bahwa Muhammad sudah diramalkan oleh Nabi Musa dalam Taurat, apabila kita menguji ke Nabian dari Muhammad ini dalam Taurat yakni dalam 10 perintah Allah, jelas dan nyatalah bahwa dia (Muhamamad) adalah seorang Nabi palsu, dikarenakan apa?, jawabannya adalah mengambil yang bukan miliknya, berzinah (baca Injil Matius 5:28), berbohong, membunuh, serta bersaksi palsu. Hal ini sangat kontras dalam pandangan Agama Kristen yang memiliki landasan kehidupan perkawinan yang jelas dan pasti berdasarkan ketetapan yang diucapkan oleh Sayidina Al Maseeh dalam Injil Suci yang telah dicatatkan oleh Para Rasul Al-Maseeh (semoga dirahmati oleh Allah).
Yang menjadi pertanyaan saya kepada Umat Islam, adalah :
1. Kenapa kalian (Islam) mengembor-gemborkan ke-Nabi-an Muhammad dalam Al-Kitab yang jelas–jelas bertolak belakang dalam Hukum Allah itu sendiri terutama 10 perintah Allah sebagai penguji ke-Nabi-an Muhammad?
2. Jikalau benar dia seorang Nabi kenapa sangat kontras sekali dengan Nabi dan Rasul Allah sebelum Muhammad?
Ada yang dapat menyanggahnya……….???