Thursday, June 23, 2011

Menteri Malaysia Kecam Klub "Isteri Patuh"

Kekerasan dalam rumah tangga bisa diatasi dengan cara isteri patuh pada suami

Menteri Pembangunan Wanita, Keluarga dan Masyarakat Malaysia Datuk Seri Shahrizat Abdul Jalil mengatakan klub, yang dirikan untuk mengajari agar para isteri patuh terhadap suami, memberikan citra negatif bagi negara itu dan Islam.

Shahrizat Abdul Jalil mengaku ketika dia berkunjung ke Kazakhstan baru-baru ini sejumlah wartawan setempat menanyakan apakah wanita Muslim di Malaysia tidak mempunyai hak dan apakah mereka diperbudak.

"Ini adalah hal mengkhawatirkan melihat ajaran Islam dicerminkan seperti ini sehingga memberikan persepsi bahwa wanita diperbudak oleh suami mereka," katanya.

ISHAK Md Nor (40 tahun, kedua dari kiri) bersama kedua istrinya, Aishah Abdul Ghafar (40, tengah) dan Afiratul Abidah Mohd Hanan (25) yang menjadi anggota "Klub Istri Patuh", difoto bersama anak-anak mereka, setelah peluncuran klub tersebut di Kuala Lumpur, Sabtu (4/6). Muslimah Malaysia meluncurkan "Klub Istri Patuh" yang dimaksudkan memberi platihan bagi kaum istri untuk menyenangkan suami, sebagai upaya mengurangi kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), perselingkuhan dan perceraian.*

Klub Isteri Patuh diluncurkan di Malaysia pada 4 Juni awal bulan ini dan menurut pendirinya, berbagai persoalan rumah tangga seperti kekerasan dalam rumah tangga dan prostitusi bisa dicegah dengan cara mengajari para isteri bagaimana membuat mereka patuh kepada suami dan membuat suami puas di tempat tidur.

Menurut pendirinya, keanggotaan Klub Isteri Patuh di Rawang, Malaysia tercatat 1.000 orang termasuk 200 orang anggota warga asing.

Klub tersebut didirikan oleh Global Ikhwan, bagian dari gerakan Islam Al-Arqam yang kini telah bubar.

Klub Isteri Patuh pertama didirikan di Yordania pada 1 Mei 2011 dan pendiri berencana melebarkan sayap untuk membuka cabang di Jakarta pekan depan.

Mereka tidak memungkiri kemungkinan munculnya reaksi negatif terhadap keberadaan klub.

Klub ini menjadi berita besar di berbagai media internasional ketika Wakil Presiden Internasional Klub Isteri Patuh, Dr Rohaya Mohamed mengatakan bahwa para isteri harus memberikan pelayanan kepada suami lebih baik dari pelayanan yang diberikan oleh pekerja seks kelas pertama.

Kelompok yang berada di balik pendirian Klub Isteri Patuh ini juga meluncurkan klub poligami dua tahun lalu.

SUPERIORITAS PRIA DALAM ISLAM

Qur’an berkata:

Pria mempunyai otoritas atas wanita karena Allah telah menjadikan yang satu lebih superior dari yang lainnya (Sura 4:34, terj.N.J. Dawood)

Dalam Islam pria dipandang lebih superior dari wanita dan ini terefleksi dalam kehidupan keluarga, dimana pria tertua dalam keluarga memiliki posisi pemegang otoritas dalam keluarga itu dan mengontrol kehidupan keluarga. Kontradiksi apapun berarti pertengkaran dan kekerasan. Ia juga melakukan apa yang ia inginkan tanpa mengatakannya pada istrinya terlebih dahulu. Ini adalah pola yang normal.

Dalam budaya Muslim tidak ada saling berbagi pekerjaan rumah-tangga, pria tidak mengganti popok seperti yang biasa dilakukan di Barat, karena hal ini dianggap sebagai tugas perempuan. Ada batasan-batasan yang pasti di seputar bidang aktivitas yang harus dilakukan oleh kedua jender, dan tidak ada fleksibilitas. Oleh karena itu ada wanita-wanita Muslim yang bangkit mengatasi batasan-batasan yang dikenakan pada mereka, namun umumnya mereka adalah wanita-wanita yang terpelajar, berpikiran maju, dan mempunyai semangat yang kuat. Namun kebanyakan dari para wanita itu pasrah menjalani hidup dengan penyiksaan dan kekerasan, dimana perlakuan yang tidak benar adalah norma yang berlaku.

Dalam Islam, wanita tidak mempunyai hak-hak yang setara dengan pria. Sulit bagi non-Muslim dan bahkan orang Muslim sendiri untuk mendiskusikan hal ini di ruang publik karena itu berarti menyingkapkan rahasia di balik citra keluarga tradisional Muslim yang akan mendatangkan malu. Pada kenyataannya, posisi wanita dalam Islam adalah masalah hak azasi manusia yang harus diperjuangkan.

MENDISIPLINKAN WANITA: DIPERBOLEHKAN MEMUKUL ISTRI

Qur’an (Sura 4:34) berkata:

Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah wanita yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya maka nasihatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka menaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya.

Ayat di atas diwahyukan sehubungan dengan seorang wanita yang mengeluh kepada Muhammad bahwa suaminya telah menampar wajahnya (bekas tamparan itu masih terlihat). Pada mulanya Muhammad mengatakan padanya untuk membalas suaminya itu, kemudian ia menambahkan, “Tunggu sampai aku memikirkannya.” Kemudian, ayat itu diwahyukan setelah Muhammad berkata, “Kita menginginkan suatu hal namun Allah menghendaki yang lain, dan apa yang dikehendaki Allah adalah yang terbaik.”

Ayat ini mengijinkan pemukulan terhadap istri. Pria bertanggung-jawab untuk menasehati istrinya, berhak untuk merendahkan seksualitasnya melalui pisah ranjang, berhak untuk memukulinya untuk mengoreksi sikap pemberontakan apapun. Kata “pemberontakan” di sini berhubungan dengan ketidaktaatan dalam bentuk apapun dari pihak wanita, bukan semata-mata penolakan untuk berhubungan seks. Jika seorang wanita menolak untuk tidur dengan suaminya atau tidak menaati perintahnya, pertama-tama ia akan dinasehati, dan kemudian pria itu diijinkan Allah untuk memukuli istrinya.

Istri seorang Muslim harus selalu siap untuk datang ke tempat tidur dan memuaskan hasrat seksual suaminya, jika tidak ia akan dipukuli suaminya dan dikutuk malaikat-malaikat Allah, yang ditugaskan untuk melihat secara dekat urusan-urusan seksual sepasang manusia. Muhammad (dikutip) mengatakan bahwa jika seorang pria mengajak istrinya untuk tidur dengannya dan ia menolak untuk datang kepadanya, maka para malaikat akan mengirim kutuk padanya hingga pagi hari (Hadith 121:7 Bukhari). Hasrat seksual seorang pria dipandang sangat mendesak sehingga lebih baik membiarkan makanan di oven menjadi gosong daripada membiarkan hasrat seorang pria tidak dipenuhi.

Seorang sarjana muslim mengatakan, “Ada kejahatan dan kelemahan dalam diri wanita. Diplomasi dan kekerasan adalah obat untuk kejahatan dan kelembutan adalah obat untuk kelemahan.”

Sumber: bbc.co.uk

No comments:

Post a Comment