Monday, August 10, 2009

Perempuan dan Islam

Richard Burton[2] dalam karyanya “the Terminal Essay,” membela Islam dari kritik Barat dan berpendapat bahwa “status hukum wanita dalam islam itu tinggi” dan bahwa “istri-istri muslim punya keuntungan lebih dari wanita kristen.” Dia juga menyebut Islam sbg positif dalam hal seks: “Para muslim mempelajari seni dan misteri untuk memuaskan tubuh wanita.” Bukti-bukti untuk klaimnya ini dia penuhi dengan banyak literatur porno dengan judul-judul seperti “The Book of Carnal Copulation” dan “The Initiation into the Modes of Coition and Its Instrumentation”. Burton pastilah tahu bahwa buku-buku ini ditulis oleh lelaki untuk lelaki, meski fakta penting ini sepertinya tidak dia sadari. Salah satu buku yang dikutip Burton – The Book of Exposition in the Art of Coition – dimulai dengan “Alhamdulillah segala puji bagi Allah yang telah menghiasi dada perawan dengan buah dada montok dan yang membuat paha wanita menjadi landasan untuk tombak pria.” Dengan kata lain wanita diciptakan oleh Tuhan melulu untuk kepuasan pria – sebagai objek seksnya.



Malah, “The Perfumed Garden”[3] nya Shaykh Nefzawi, karya abad 16 yg lebih terkenal yg diterjemahkan Burton dari bahasa Perancis, sangat mengungkapkan sikap islam terhadap wanita dan seksualitasnya. Seksualitas wanita tidak pernah dibantah namun dianggap sbg sumber bahaya : Tahukah anda bahwa religi wanita ada dlm vagina mereka? tanya sang Shaykh. Mereka [para wanita] selalu lapar jika menyangkut masalah vulva, dan sepanjang birahi mereka dipuaskan, mereka tidak peduli apa itu badut, negro, jongos atau bahkan lelaki terkutuk sekalipun. Setanlah yang membuat cairan mengalir dari vagina2 mereka. Sang Shaykh setuju dengan Abunawas, yang dikutipnya:

Wanita adalah iblis dan mereka dilahirkan demikian Semua sudah tahu mereka tidak bisa dipercaya Jika mereka mencintai lelaki tak ada sebab musababnya, secara tiba-tiba saja Dan lelaki yang paling dikejami wanita adalah yang paling mencintai mereka Karena penuh khianat dan licik, kunyatakan Bahwa lelaki yang sungguh2 mencintaimu adalah lelaki sesat Lelaki yang tidak percaya kata2ku bisa membuktikan sendiri Coba saja hidup bersama mereka bertahun2 Jika kau murah hati dan memberi mereka Seluruh milikmu dari tahun ke tahun Mereka akhirnya cuma berkata, “Sumpah demi Tuhan! Aku belum pernah melihat satupun barang yang dia berikan!” Setelah kau melarat Mereka menangis meminta-minta setiap hari. “Beri aku, bangunlah, belilah, pinjamlah” Jika tidak mendapat apa-apa darimu mereka memusuhimu Mereka memfitnahmu Mereka tidak ragu memperalat budak ketika tuannya tidak ada sekali saja birahi mereka bangkit mereka akan licik sekali saja birahi mereka meminta yang mereka pikirkan hanya bagaimana caranya memasukkan ‘benda’ ereksi Lindungi kami, Tuhan! Dari kelicikan wanita Dan dari wanita tua khususnya. So be it.

Disini kita melihat segudang kesalahan wanita yang dilihat dari sudut pandang lelaki muslim : [wanita adalah] tidak jujur, suka tipu menipu, tidak berterima kasih, serakah, birahi tak habis2, pendeknya : jalan kilat menuju neraka. NAMUN setahun kemudian, berbeda dari ejekan terhdp posisi wanita dalam islam dlm buku “Terminal Essay,” di Bab Pendahuluan dalam terjemahan ‘the Perfumed Garden’ nya, Burton akhirnya mengakui juga bahwa “pada kenyataannya, Muslim jijik pada wanita[/u].”

Bullough, Bousquet dan Bouhdiba juga menganggap islam sebagai agama yang positif thd seks dibanding kristen yang menganggap (Kristen) sbg “membuat seksualitas menjadi kotor,” meminjam istilah Nietzsche. Tapi dalam halaman terakhir dan setengah dari surveynya, Bullough mendadak merasa wajib untuk merubah pendapatnya dengan mengakui bahwa Islam “disaat yg sama menurunkan status wanita menjadi lebih rendah.” Meski dia tetap menganggap penilaian Lane-Poole, bahwa “noda fatal dalam islam adalah degradasi wanita,” terlalu dibesar-besarkan.

Hal sama pula pada Bousquet yang membandingkan islam dg Kristen: “Islam secara jelas dan terbuka berpihak pada kenikmatan daging tanpa ada pertimbangan sekunder. Kristen jelas2 menentang hal itu.” Tapi dia juga harus mengakui,“posisi sangat rendah yg diterapkan pada wanita oleh hukum islam, khususnya dari sudut pandang seks.”[4]

Hanya Bouhdiba yg sangat girang akan superioritas Islam dalam masalah seksual, yg tidak mampu menemukan bukti apapun, setidaknya dalam Quran, tentang adanya misogyny (kebencian thd wanita) dan cukup senang dg pandangan seksualitas & fantasi islam dlm ‘orgasme tiada akhir’ dan ‘ereksi tak berkesudahan’.

Menganggap Islam itu sbg positif secara seksual adalah penghinaan terhadap semua wanita muslim, karena seks dalam islam seluruhnya dipandang dari sudut lelaki; seksualitas wanita, entah harus disangkal, atau seperti yg ditulis dalam the Perfumed Garden, dipandang sebagai sesuatu yang tidak suci, sesuatu yang harus ditakuti, ditekan & bentuk karya setan. Tapi tetap saja, spt kata Slimane Zeghidour, SEKSUALITAS menempati tempat fundamental dalam doktrin islam seperti juga dalam teori psikoanalisa. Saya berharap bisa menunjukkan bahwa dlm obsesi Muslim akan kebersihan badan, Islam mengungkapkan rasa jijik patologis akan tindakan2 dan alat2 seksual wanita serta memendam kebencian patologis terhdp wanita.

Menurut ‘Dictionary of Islam’[5], “meski kondisi wanita dalam hukum muslim kurang memuaskan, harus diakui bahwa Muhammad memberlakukan kemajuan yang besar dan menyolok dalam kondisi populasi wanita di Arab.” Bousquet setuju; reformasi yang punya efek memihak wanita membuat Muhammad terlihat seakan sebagai “Juara feminisme” dalam konteks sejarah khusus itu. Dua reformasi yang sering dikutip adalah larangan mengubur anak wanita hidup2 dan penetapan hak2 waris untuk wanita (dimana, tambah Burton, di Inggris “UU Harta Milik Istri” baru dilengkapi tahun 1882 setelah berabad2 menjadi perselisihan”).

TAPI seperti ditunjukkan Ahmed al-Ali dalam ‘Organisations Sociales chez les Bedouins’, praktek mengubur anak perempuan (anak yang tak diinginkan) mungkin punya asal usul religi dan sangat jarang terjadi. Penulis2 muslim hanya MEMBESAR2KAN skala kejahatan ini dan menyoroti hal ini untuk menunjukkan seakan ada superioritas Islam.

Mengenai hukum waris, kata Burton, wanita hanya mendapat setengah dari lelaki dan tidak punya kuasa penuh atas harta milik tsb. Muhammad dalam hal ini, juga dalam banyak hal lain, tidak bertindak cukup jauh; gagasan Muhammad mengenai wanita sama seperti kaum lelaki lain sejamannya – wanita hanya penghias belaka, barang mainan bahaya, mampu menyesatkan lelaki.

Menurut Schacht, keadaan wanita dibawah islam dalam segala hal lebih parah: “Quran dalam situasi tertentu mendorong terjadinya POLIGAMI — yg tadinya hanya sebuah pengecualian, malah menjadi keistimewaan penting dalam hukum perkawinan Islam. Ini membawa pada kemerosotan posisi wanita Islam dibanding dengan yang telah mereka nikmati di masa Pra-Islam, belum lagi fakta bahwa banyak hubungan seksual terhormat dimasa Pra-Islam dibatalkan oleh Islam.”[6]

Wanita Beduin pra-Islam bekerja bersama suami2 mereka dan menikmati banyak kebebasan pribadi dan mandiri. Hidup tidak mengikuti suatu aliran agama tertentu, mereka aktif berternak, tidak hidup tertutup ataupun memakai penutup muka ; kontribusi mereka terhadap masyarakat banyak dihargai dan dihormati. Segregasi antar jenis kelamin sama sekali tidak praktis. Jika diperlakukan buruk oleh suami, mereka cukup lari ke suku tetangga. Bandingkan dg Islam, bahkan pada abad 19, “Diantara kaum Beduin, pasukan2 mereka dipimpin oleh para perawan dari keluarga yg hebat, yang naik unta paling depan membuat malu mereka yang pengecut dan memberi semangat para pemberani dengan teriakan2 satire atau pujian.”[7]

Sejarawan Arab abad 10, al-Tabari menceritakan tentang Hind bint Otba, istri dari Abu Sufyan pemimpin keluarga aristokrat Mekah, yg memberikan gambaran hidup akan mandirinya wanita aristokrat sebelum islam. Para wanita bersumpah setia sama seperti kaum lelaki, ikut ambil bagian dalam negosiasi dengan pemimpin militer kota yg baru – yaitu, Muhammad sendiri – dan sering terang-terangan bersikap bermusuhan terhadap agama2 baru. Ketika Muhammad tiba di Mekah tahun 630M dengan 10.000 orang, Abu Sufyan yang terkagum-kagum akhirnya memimpin perutusan untuk menyatakan penyerahan diri formal dan bersumpah setia. Para wanita dipimpin oleh Hind bersumpah setia dengan terpaksa. Hind mendebat Muhammad karena Muhammad memaksakan kewajiban2 pada wanita yang tidak diwajibkan pada kaum pria. Ketika Muhammad memerintahkan pasukannya agar jangan pernah membunuh anak2 mereka, Hind menjawab dengan pedas bahwa hal ini kedengarannya terlalu hebat karena keluar dari mulut seorang pemimpin militer yang telah menumpahkan banyak darah dalam peperangan Badar dimana tujuh puluh orang dibunuh dan banyak lagi ditawan untuk kemudian dieksekusi atas perintah Muhammad sendiri.

Kaum intelektual muslim yang mengaku reformis modern – baik wanita maupun pria – ketika dihadapkan dengan ketertinggalan yang kentara mengenai posisi wanita (situasi yang tetap tinggal diam selama berabad-abad) , cenderung mengarang mitos jaman keemasan saat kebangkitan islam dimana para wanita katanya menikmati hak yang sama. Contoh, bahkan Nawal el Saadawi [8] feminis Mesir yg telah banyak melakukan dan mengatakan hal2 positif mengenai hak2 wanita muslim agar mengungkapkan keseksualitasan mereka menulis, “kemunduran wanita Arab dalam filosofi Islamik dan budaya berbeda dengan situasinya dijaman Muhammad ataupun dengan inti semangat Islam.” Shocked Shocked

Juga feminis Aljazair Rachid Mimouni [9] berkata, “Jelas bukan agamanya Allah yg salah, tapi penafsirannya. Fundamentalisme adalah sebuah penipuan. Merusak pesan dari Muhammad.” Pemikirannya adalah bukan Islam yg salah dalam hal kemunduran wanita. Tentu saja membicarakan “inti Islam” sama saja dengan mengabadikan pengaruh jahat dari sebuah otoritas religius dan mengabadikan sebuah mitos. Para pemikir muslim yang sama ketika dihadapkan dengan bukti2 tertulis akan misogyny (kebencian thd wanita) dalam Islam, bingung dan marah. Mereka menolak memandang kenyataan yg ada dihadapan mereka, mereka merasa wajib untuk menafsirkan tulisan-tulisan keramat itu, untuk meminta maaf, untuk mengecilkan wujud permusuhan terhadap wanita tersebut – pendeknya, membersihkan tuduhan2 terhadap Islam tersebut. Yang lainnya mencoba berdebat bahwa hadis-hadis tersebut diabadikan oleh para muslim yg diragukan motifnya.

Tapi untuk berperang dengan kaum ortodoks, kaum fanatik dan para mullah mengenai penafsiran teks2 ini sama saja dengan berperang memakai cara, kondisi dan syarat mereka sendiri, ditanah mereka pula. Setiap teks yang kau keluarkan akan dibantah oleh lusinan teks yang mengkontradiksi teks milikmu. Para reformis tidak akan bisa menang dengan cara ini – apapun jungkir balik mental yang dilakukan, mereka tidak bisa lolos dari fakta bahwa Islam sangat anti feminis. Islam adalah penyebab fundamental penindasan wanita muslim dan tetap menjadi penghalang utama akan kemajuan posisi mereka.[10] Islam selalu menganggap wanita sebagai makhluk yg lebih rendah dalam segala hal: fisik, kepandaian dan moral. Pandangan negatif ini dari langit telah ditetapkan dalam Quran, dikuatkan oleh hadis dan diabadikan oleh para penafsir, para pemelihara dogma dan kebodohan muslim.

Jauh lebih baik bagi para intelektual ini untuk membuang argumen2 religius mereka, untuk menolak teks2 keramat ini dan bersandarkan pada Akal saja. Mereka harus berpaling pada Hak Asasi Manusia. Deklarasi Universal HAM (diadopsi 10 December 1948 oleh Perserikatan Bangsa Bangsa di Paris dan diratifikasi oleh banyak negara muslim) tidak mengacu pada argumen2 religius. Hak2 ini didasarkan pada hak2 alami manusia, manusia dewasa mampu pilih. Hak2 itu adalah hak umat manusia karena memang mereka juga termasuk umat manusia. Akal dan rasionalitas adalah tolak keadilan mutakhir bagi Hak Asasi Manusia – Hak2 bagi wanita.

Sayangnya dalam praktek di negara2 muslim orang tidak bisa begitu saja mengabaikan para ulama yg berpikiran sempit, fanatik. Orang tidak bisa mengabaikan mereka, yang katanya para doktor terpelajar dalam bidang hukum islam, yang dengan fatwa2nya menentukan masalah2 umum dan pribadi dimana kepentingannya menentukan kehidupan masyarakat muslim. Mereka masih punya kuasa yang besar untuk menyetujui atau melarang tindakan tertentu. Lalu untuk apa meneruskan pengaruh para Mullah ini?

Quran ada untuk semua muslim, bukan hanya untuk para ‘fundamentalis’, perkataan abadi Tuhan. Berlaku untuk segala waktu, jaman dan tempat; gagasan2 didalamnya mutlak pasti benar dan jauh diatas segala kritik. Mempertanyakan Quran sama saja dengan mempertanyakan Tuhan dan itu adalah penghujatan. Kewajiban muslim adalah untuk percaya dan patuh pada perintah2 ilahi.

Faktor2 lain menjadi penyumbang akan berkelanjutannya pengaruh para ulama ini. Agama apapun yang menuntut kepatuhan total tanpa berpikir TIDAK akan menghasilkan manusia2 yang berpikiran kritis, manusia2 yang mampu berpikiran mandiri dan bebas. Situasi demikian perlu demi perkembangan ‘keulamaan’ dan jelas bertanggung jawab atas mandeknya bidang intelektual, budaya dan ekonomi selama berabad-abad. Tingkat buta huruf tetap tinggi dinegara2 muslim. Dalam sejarahnya tidak pernah ada pemisahan antara negara dan agama, kritik apapun pada salah satunya dianggap sebagai kritik pada yang lain. Tak pelak lagi, ketika banyak negara muslim mendapatkan kemerdekaan setelah perang dunia dua, Islam sialnya dikaitkan dengan nasionalisme, artinya kritik apapun terhadap islam dianggap tidak nasionalis, merupakan pengkhianatan terhadap negara baru – sebuah tindakan tidak patriotis, berpihak pada kolonialisme dan imperialisme.

Tidak ada negara muslim yang bisa mengembangkan demokrasi yg stabil; muslim dijadikan subjek segala macam penindasan yang ada. Dibawah kondisi2 ini, kritik sehat dari masyarakat tidaklah mungkin, karena berpikir kritis dan berpikir bebas harus jalan bersama-sama.

Faktor2 diatas menjelaskan kenapa islam pada umumnya dan posisi wanita pada khususnya tidak pernah dikritik, didiskusikan atau dijadikan subjek pendalaman sains atau analisa skeptis. Semua inovasi, kemajuan dihalangi dalam islam – setiap masalah dianggap sebagai masalah agama bukannya sosial atau ekonomi.

Adam dan Hawa[11]

Islam mencontek legenda Adam dan Hawa dari Perjanjian Lama dan mengadaptasinya menurut versi mereka sendiri. Penciptaan manusia dari satu orang disebuntukan dalam surah berikut ini:

[4.1] Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan istrinya; dan daripada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.

[39.6] Dia menciptakan kamu dari seorang diri kemudian Dia jadikan daripadanya istrinya

[7.189] Dialah Yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan daripadanya Dia menciptakan istrinya, agar dia merasa senang kepadanya.

Dari kisah singkat ini, teolog muslim menyimpulkan bahwa manusia adalah penciptaan khusus, orisinil – wanita diciptakan sekunder hanya bagi kenikmatan lelaki. Legenda tsb lalu berkembang untuk menguatkan rendahnya wanita. Terakhir, legenda tsb diberikan karakter suci hingga jika dikritik sama saja dengan mengkritik perkataan Tuhan sendiri, yg mana perkataannya kekal dan mutlak. Inilah cara Muhammad menjelaskan wanita secara umum: “baik-baiklah pada wanita karena wanita diciptakan dari tulang rusuk, tapi dari bagian tulang yang melengkung, hingga jika kau mencoba meluruskannya, ia akan patah; jika tidak melakukan apa-apa ia akan terus melengkung.”

Kisah Adam Hawa lebih jauh ada dalam:

[2.35] Dan Kami berfirman: “Hai Adam diamilah oleh kamu dan istrimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang lalim.

[2.36] Lalu keduanya digelincirkan oleh setan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman: “Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan”.

[7.19] (Dan Allah berfirman): “Hai Adam bertempat tinggallah kamu dan istrimu di surga serta makanlah olehmu berdua (buah-buahan) di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu berdua mendekati pohon ini, lalu menjadilah kamu berdua termasuk orang-orang yang lalim”.

[7.20] Maka setan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka yaitu auratnya dan setan berkata: “Tuhan kamu tidak melarangmu dari mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang yang kekal (dalam surga)”.

[20.120] Kemudian setan membisikkan pikiran jahat kepadanya, dengan berkata: “Hai Adam, maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi dan kerajaan yang tidak akan binasa?”

[20.121] Maka keduanya memakan dari buah pohon itu, lalu nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun (yang ada di) surga, dan durhakalah Adam kepada Tuhan dan sesatlah ia.

Tuhan menghukum Adam dan Hawa karena melanggar perintahNya. Tapi tidak ada dalam ayat ini disebuntukan bahwa Hawa-lah (seperti dalam Perjanjian Lama) yang menyebabkan Adam sesat. Tapi para juru tafsir dan ulama menciptakan mitos Hawa-lah sang penggodanya dan sejak itu menjadi bagian tak terpisahkan dalam kisah muslim. Muhammad sendiri mengatakan: “Kalau bukan karena Hawa, wanita tidak akan tidak setia pada suaminya.”

Hadis islam juga menuduh wanita tidak jujur dan penuh tipu muslihat dan mendapat dukungan dari ayat Quran berikut:

[12.22-34] Dan tatkala dia cukup dewasa, Kami berikan kepadanya hikmah dan ilmu. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.

Dan wanita (Zulaikha) yang Yusuf tinggal di rumahnya menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya (kepadanya) dan dia menutup pintu-pintu, seraya berkata: “Marilah ke sini.” Yusuf berkata: “Aku berlindung kepada Allah, sungguh tuanku telah memperlakukan aku dengan baik.” Sesungguhnya orang-orang yang zalim tiada akan beruntung.

Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusuf pun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu andaikata dia tiada melihat tanda (dari) Tuhannya. Demikianlah, agar Kami memalingkan daripadanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih.

Dan keduanya berlomba-lomba menuju pintu dan wanita itu menarik baju gamis Yusuf dari belakang hingga koyak dan kedua-duanya mendapati suami wanita itu di muka pintu. Wanita itu berkata: “Apakah pembalasan terhadap orang yang bermaksud berbuat serong dengan istrimu, selain dipenjarakan atau (dihukum) dengan azab yang pedih?”

Yusuf berkata: “Dia menggodaku untuk menundukkan diriku (kepadanya)” , dan seorang saksi dari keluarga wanita itu memberikan kesaksiannya: “Jika baju gamisnya koyak di muka, maka wanita itu benar dan Yusuf termasuk orang-orang yang dusta.

Dan jika baju gamisnya koyak di belakang, maka wanita itulah yang dusta, dan Yusuf termasuk orang-orang yang benar.”

Maka tatkala suami wanita itu melihat baju gamis Yusuf koyak di belakang berkatalah dia: “Sesungguhnya (kejadian) itu adalah di antara tipu daya kamu, sesungguhnya tipu daya kamu adalah besar.”

(Hai) Yusuf: “Berpalinglah dari ini dan (kamu hai istriku) mohon ampunlah atas dosamu itu, karena kamu sesungguhnya termasuk orang-orang yang berbuat salah.”

Dan wanita-wanita di kota berkata: “Istri Al Aziz menggoda bujangnya untuk menundukkan dirinya (kepadanya), sesungguhnya cintanya kepada bujangnya itu adalah sangat mendalam. Sesungguhnya kami memandangnya dalam kesesatan yang nyata.”

Maka tatkala wanita itu (Zulaikha) mendengar cercaan mereka, diundangnyalah wanita-wanita itu dan disediakannya bagi mereka tempat duduk, dan diberikannya kepada masing-masing mereka sebuah pisau (untuk memotong jamuan), kemudian dia berkata (kepada Yusuf): “Keluarlah (nampakkanlah dirimu) kepada mereka.” Maka tatkala wanita-wanita itu melihatnya, mereka kagum kepada (keelokan rupa) nya dan mereka melukai (jari) tangannya dan berkata: “Maha sempurna Allah, ini bukanlah manusia. Sesungguhnya ini tidak lain hanyalah malaikat yang mulia.”

Wanita itu berkata: “Itulah dia orang yang kamu cela aku karena (tertarik) kepadanya, dan sesungguhnya aku telah menggoda dia untuk menundukkan dirinya (kepadaku) akan tetapi dia menolak. Dan sesungguhnya jika dia tidak menaati apa yang aku perintahkan kepadanya, niscaya dia akan dipenjarakan dan dia akan termasuk golongan orang-orang yang hina.”

Yusuf berkata: “Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. Dan jika tidak Engkau hindarkan dari padaku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh.”

Maka Tuhannya memperkenankan doa Yusuf, dan Dia menghindarkan Yusuf dari tipu daya mereka. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

Komentator muslim modern menafsirkan ayat2 ini untuk menunjukkan bahwa kelicikan, tipu-tipu dan penghianatan hakekatnya alami ada dalam diri wanita. Bukan saja wanita tidak rela untuk berubah, tapi dia memang tidak dapat berubah – wanita tidak punya pilihan.[12]

Dalam menyerang dewi2 kaum politeis, Quran mengambil kesempatan ini untuk memfitnah gender wanita lebih jauh lagi.

[4.117] Yang mereka sembah selain Allah itu, tidak lain hanyalah berhala (wanita dalam bahasa arabnya), dan (dengan menyembah berhala itu) mereka tidak lain hanyalah menyembah setan yang durhaka,

[43.15-19] Dan mereka menjadikan sebahagian dari hamba-hamba- Nya sebagai bahagian daripada-Nya. Sesungguhnya manusia itu benar-benar pengingkar yang nyata (terhadap rahmat Allah).

Patuntukah Dia mengambil anak perempuan dari yang diciptakan-Nya dan Dia mengkhususkan buat kamu anak laki-laki.

Padahal apabila salah seorang di antara mereka diberi kabar gembira dengan apa yang dijadikan sebagai misal bagi Allah Yang Maha Pemurah; jadilah mukanya hitam pekat sedang dia amat menahan sedih.

Dan apakah patut (menjadi anak Allah) orang yang dibesarkan dalam keadaan berperhiasan sedang dia tidak dapat memberi alasan yang terang dalam pertengkaran.

Dan mereka menjadikan malaikat-malaikat yang mereka itu adalah hamba-hamba Allah Yang Maha Pemurah sebagai orang-orang perempuan. Apakah mereka menyaksikan penciptaan malaikat-malaikat itu? Kelak akan dituliskan persaksian mereka dan mereka akan dimintai pertanggungjawaban.

[52.39] Ataukah untuk Allah anak-anak perempuan dan untuk kamu anak-anak laki-laki?

[37.149-150] Tanyakanlah (ya Muhammad) kepada mereka (orang-orang kafir Mekah): “Apakah untuk Tuhanmu anak-anak perempuan dan untuk mereka anak laki-laki, atau apakah Kami menciptakan malaikat-malaikat berupa perempuan dan mereka menyaksikan (nya)?

[53.21-22] Apakah (patut) untuk kamu (anak) laki-laki dan untuk Allah (anak) perempuan? Yang demikian itu tentulah suatu pembagian yang tidak adil.

[53.27] Sesungguhnya orang-orang yang tiada beriman kepada kehidupan akhirat, mereka benar-benar menamakan malaikat itu dengan nama perempuan.

Jika Mr. Bouhdiba masih belum yakin akan ini, ada lagi ayat2 Quran lain yang benci terhadap wanita:

[2.178] Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash (hukum balasan) berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba dan wanita dengan wanita.

[2.228] Wanita-wanita yang ditalak hendaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru. Tidak boleh mereka menyembunyikan apa yang diciptakan Allah dalam rahimnya, jika mereka beriman kepada Allah dan hari akhirat. Dan suami-suaminya berhak merujukinya dalam masa menanti itu, jika mereka (para suami) itu menghendaki ishlah. Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang makruf. Akan tetapi para suami mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada istrinya. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

[2.282] Jika yang berutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu mengimlakan, maka hendaklah walinya mengimlakan dengan jujur. Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki di antaramu). Jika tak ada dua orang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridai, supaya jika seorang lupa maka seorang lagi mengingatkannya.

[4.3] Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yatim (bilamana kamu mengawininya) , maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.

[4.11] Allah mensyariatkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu. Yaitu: bahagian seorang anak lelaki sama dengan bahagian dua orang anak perempuan;

[4.34] Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasihatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan
pukullah mereka. Kemudian jika mereka menaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.

[4.43] Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu salat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula hampiri mesjid) sedang kamu dalam keadaan junub, terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kamu mandi. Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau kembali dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci); sapulah mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun.

[5.6] Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan salat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayamumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu.

[33.32-33] Hai istri-istri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya, dan ucapkanlah perkataan yang baik,

dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah salat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.

[33.53] Apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (istri-istri Nabi), maka mintalah dari belakang tabir. Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka.

[33.59] Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha penyayang.

———— —
[1] Pengaruh dari Ascha harusnya terlihat dalam tiap halaman bab ini meski saya jarang mengutipnya secara langsung.
[2] Burton, Richard. The Book of the Thousand Nights and a Night. 17 vols. London, n.d. Vol.x, hal.195
[3] Nefzawi, Shaykh. The Glory of the Perfumed Garden. London, 1978. Hal.203-204
[4] Bousquet, G.H. L’Ethique sexuelle de l’Islam. Paris, 1966. Hal.49
[5] Artikel “Wania,” dalam Dictionary of Islam.
[6] Shacht, Joseph. The Origins of Muhammada Jurisprudence. Oxford, 1974. hal.545
[7] Artikel “Women” dalam Dictionary of Islam”
[8] Dikutip dalam Ascha, Ghassan. Du Status inferieur de la Femme en Islam. Paris, 1989, hal.13
[9] Mimouni, Rachid. De la barbarie en general et de l’integrisme en particulier. Paris, 1992. Hal.156
[10] Ascha, Ghassan. Du Status inferieur de la Femme en Islam. Paris, 1989, hal.11
[11] Ibid., hal.23f
[12] Ibid., hal.29f
____________ _____
Para Muslim tidaklah bodoh. Mereka bisa melihat bahwa Islam adalah salah. Mereka tahu ayat2 Quran bertentangan satu sama lain. Mereka tahu Islam bertentangan dengan kecerdasan manusia dan tidak masuk akal, tapi mereka begitu terjebak di dalamnya sehingga mereka tidak bisa meninggalkannya. Mereka memaksa diri mereka untuk percaya, karena tanpa itu, mereka bagaikan tersesat.
- Ali Sina

No comments:

Post a Comment