Monday, July 20, 2009

SIKAP TERHADAP PEREMPUAN

Bahkan sebagai seorang anak kecil yang bertumbuh di Mesir, saya berkelakar tentang cara umat Islam memperlakukan perempuan. Ketika saya mempelajari Al Quran dan sejarah Islam, saya bisa melihat terlalu banyak pembatasan yang diberikan kepada perempuan yang secara langsung dikatakan oleh Muhammad. Hal ini sekali lagi menempatkan saya pada posisi untuk mempertanyakan apakan benar Tuhan di sorga memperlakukan umat-Nya dengan cara seperti ini.

Tujuan saya dalam bab ini adalah untuk menunjukkan kepada Anda perlakuan Muhammad terhadap para wanita dan kehidupan pribadinya dengan perempuan. Dari sini, Anda bisa melihat bagaimana budaya masyarakat Islam berkembang.
Kita juga akan melihat perilaku Yesus dan hubungan pribadinya terhadap para perempuan. Bab ini akan dibagi ke dalam tiga bagian:
• Ajaran mereka tentang karakter perempuan
• Ajaran mereka tentang pernikahan
• Hubungan pribadi mereka dengan perempuan


AJARAN MUHAMMAD TENTANG KARAKTER PEREMPUAN
Kami memiliki banyak sekali informasi tentang perempuan baik dalam Al Quran maupun dalam ajaran Muhammad yang ditulis dalam hadits.
Muhammad memberikan pemisahan yang jelas antara laki-laki dan perempuan. Sayangnya, banyak dari komentarnya tentang perempuan yang merendahkan.

Apakah perempuan itu jahat?
Ketika Muhammad mengunjungi surga dan neraka (pada Malam Perjalanan), ia mengatakan:

“Rasul mengatakan, “Aku melihat ke surga dan menemukan bahwa kebanyakan penghuninya adalah orang-orang miskin, dan melihat ke (neraka) api, dan menemukan banyak kebanyakan penghuninya adalah perempuan.”

Pada masa Muhammad, perempuan harus berhati-hati untuk tidak berjalan di dekat orang yang sedang berdoa. Hal itu karena Muhammad katakan jika seorang perempuan berjalan di dekat seorang laki-laki yang sedang berdoa, maka doanya menjadi batal dan ia harus mengulang kembali doanya dari awal. Isteri kedua Muhammad, Aisah mengatakan ajaran tesebut dengan nada protes,

“Hal-hal yang bisa membatalkan doa telah disebutkan di depanku. Mereka katakan, “Doa dibatalkan oleh seekor anjing, keledai dan perempuan (jika mereka lewat di depan orang yang sedang berdoa).” Aku jawab, “Engkau telah menjadikan kami (para perempuan) menjadi seperti anjing.”

Di kesempatan yang lain, Muhammad menggambarkan perempuan sebagai “setan jahat” atau “pembawa sial”

“Setan jahat telah disebutkan di hadapan Rasul: Rasul berkata, “Setan jahat ada di dalam segala hal, di rumah, dalam diri seorang perempuan, dan kuda. ”

Perempuan dianggap kotor ketika sedang mendapat haid, dan Muhammad berkata mereka tidak boleh berdoa ataupun berpuasa pada hari-hari tersebut. Muhammad juga berkata bahwa perempuan ditaruh di posisi negatif di mata Allah.

“Suatu ketika Rasul Allah pergi ke Musalla (untuk berdoa)... Kemudian ia melewati sejumlah orang perempuan dan berkata, “Wahai perempuan, bersedekahlah, karena aku melihat kebanyakan penghuni neraka adalah (perempuan) sepertimu.” Kemudian mereka berkata, “Mengapa demikian ya Rasul Allah? Ia menjawab, “Kalian sering mengutuki dan tidak mensyukuri suami kalian. Aku tidak pernah melihat seseorang yang lebih lemah dalam hal kepandaian dan agama dibandingkan kalian. Seorang laki-laki yang waspada dan bijaksana bisa dilemparkan ke neraka karena beberapa orang di antara kalian.” Para perempuan menjawab, “Ya Rasul Allah! Apa yang kurang dalam kepandaian dan agama kami?” Ia menjawab, “Bukankah dua orang saksi perempuan sama dengan seorang laki-laki.” Mereka mengiyakan. Lalu ia berkata, “Inilah kekurangan dari kepandaianya. Bukankah benar bahwa seorang perempuan tidak dapat berdoa ataupun berpuasa pada saat haid?” Para perempuan itu mengiyakan. Ia berkata lagi, “Inilah kekurangan dalam hal agama mereka.”

Apakah perempuan lebih lemah?
Apakah Muhammad percaya bahwa perempuan lebih lemah daripada seorang laki-laki? Al Quran mengatakan bahwa dibutuhkan dua orang saksi perempuan untuik menyamai seorang saksi laki-laki:

“Dan bersaksilah dengan dua orang laki-laki di antaramu. Jika tidak ada dua orang lelaki, maka (boleh) seorang laki-laki dengan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridai, supaya jika seorang lupa maka seorang lagi mengingatkannya.”
--- Surat 2:282 ---

Muhammad menjelaskan alasan ajaran seperti ini, sebagai berikut:

“Rasul katakan, “Bukankah saksi seorang perempuan sama dengan saksi setengah laki-laki?” Perempuan-perempuan itu menjawab, “Ya.” Ia katakan, “Ini karena kekurangan cara berpikir seorang perempuan.”

Para perempuan itu juga menerima bagian warisan yang lebih sedikit dibandingkan lelaki.

“Allah mensyariatkan bagimu tentang (pembagian warisan) untuk anak-anakmu. Yaitu bagian seorang anak laki-laki sama dengan bagian dua orang anak perempuan.”
--- Surat 4:11 ---

Perempuan perlu dilindungi
Banyak orang mempertanyakan tentang melindungi perempuan Islam. Pada permulaan periode Islam. Ketika Muhammad tinggal di Mekah hanya dengan isteri pertamanya, ia tidak meminta perempuan Islam untuk mengenakan penutup. Setelah pindah ke Madinah, sesuatu terjadi, kemudian secara tiba-tiba turun wahyu mengenai perempuan.
Muhammad mulai menikahi beberapa orang perempuan, dan Muhammad selalu mengadakan pesta makan setelah pernikahan. Setelah menikahi Zainab binti Jahsh, (saya akan menceritakannya kepada Anda nanti), beberapa orang tetap tinggal di rumahnya, sampai Muhammad pergi.
Keesokan harinya, salah seorang pengikut setia Muhammad memberi saran seperti ini:

“Diceritakan oleh Umar: Aku berkata, “Wahai Rasul Allah! Seseorang itu baik atau buruk semuanya tergantung padamu, jadi aku sarankan agar engkau memerintahkan ibu dari semua orang beriman (isteri-isterimu) mengenakan kerudung.” Kemudian Allah mewahyukan ayat Al-Hijab.”

Pada hari yang sama, Muhammad menerima wahyu melalui malaikat Gabriel bahwa para perempuan Muslim harus mengggunakan jilbab.

“Hai nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu, dan isteri-isteri orang orang mukmin , “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal (sebagai perempuan terhormat), karena itu mereka tidak diganggu.”
--- Surat 33:59; lihat juga ayat 33, dan surat 24:31, 58 ---

Jadi para perempuan mulai menutupi diri mereka. Isteri kedua Muhammad, Aisah, mengomentari tentang bagaimana para perempuan mengikuti wahyu ini:

“Aisah pernah berkata, “Ketika (ayat) mengatakan: Mereka harus mengenakan jilbab mulai dari leher sampai kaki, diturunkan, (para perempuan) menggunting pakaian bagian atas mereka di sebelah pinggirnya dan menutup wajah mereka dengan potongan kain.”

Jadi, maksud Muhammad mengenai hijab menjadi jelas dan para perempuan Islam pada masa itu menutupi wajah mereka. Umat Islam konservatif saat ini masih mengikuti ayat Al Quran tersebut dan para perempuannya masih menutupi wajah mereka. Umat Islam liberal, memilih untuk menggunakan pakaian modern, tetapi sopan, lebih mengikuti gaya berpakaian daripada tertutup secara keseluruhan.

Perempuan sebagai pampasan perang
Ketika sebuah desa atau sebuah suku diserang oleh Muhammad dan pasukannya dan mereka dikalahkan, umat Islam diijinkan untuk mengambil para perempuan dan anak-anak untuk dijadikan budak. Bab 29 dalam buku 8, hadits Muslim, mengatakan demikian:

“Diijinkan untuk memiliki hubungan seksual dengan seorang perempuan tawanan setelah ia selesai haid. Apabila ia memiliki suami, maka pernikahannya dianggap batal setelah ia menjadi tawanan.”

Hadits itu menjelaskan lebih lanjut kapan aturan itu diberlakukan:

“Dalam perang Hanain, Rasul Allah mengirimkan pasukannya ke Autas dan bertemu dengan musuh-musuhnya dan memerangi mereka. Setelah mengalahkan mereka dan mengambil tawanan mereka, seorang teman utusan Allah tampak tidak mau berhubungan intim dengan perempuan-perempuan tawanan karena suami-suami mereka menyembah banyak tuhan. Kemudian Allah yang Maha Tinggi, menurunkan ayat, “Dan para perempuan yang telah menikah, kecuali merkea yang telah menjadi milikmu (maka berhak untuk dimiliki ketika masa Idda mereka telah berakhir.”

Bukan hanya hadits yang mengatur hal itu, tetapi Al Quran juga menyatakan bahwa perempuan tawanan dapat dijadikan sebagai tempat pembuangan bagi tuan mereka, meskipun mereka telah menikah (Surat 4:24).
Umat Islam boleh memilih melepaskan perempuan itu dari perbudakan dengan cara menjadikannya sebagai isteri mereka.

Perhatian Muhammad terhadap perempuan
Walaupun demikian, Muhammad juga memastikan bahwa perempuan Muslim harus dijaga dengan baik, terutama orang miskin dan para janda. (Dalam masyarakat Islam terdapat banyak janda karena adanya paktek jihad). Ia membiayai mereka dari hasil rampasan perang dan pajak sumbangan (zakat) yang ia kumpulkan dari semua orang yang ada di bawah kekuasaan Islam.


AJARAN YESUS TENTANG KARAKTER PEREMPUAN
Yesus tidak mengatakan secara spesifik bahwa karakter perempuan berbeda dengan karakter laki-laki. Tetapi, kita dapat mengetahui tindakannya terhadap perempuan dengan melihat bagaimana ia memperlakukan mereka. Kitab Injil menggambarkan Yesus memuji para perempuan karena iman mereka, menyembuhkan penyakit mereka, mengusir roh-roh jahat dan mengampuni dosa-dosa mereka – sama seperti yang ia lakukan terhadap para lelaki.

Memuji iman para perempuan dan menyembuhkan mereka
Seorang perempuan yang telah mengalami pendarahan selama duabelas tahun melihat Yesus di tengah kerumunan orang banyak. Ia menyentuh ujung jubah Yesus dan Yesus merasakannya. “Siapa yang menyentuhku?” tanya Yesus. Bergetar karena ketakutan, perempuan ini berlutut di kaki Yesus dan mengakui bahwa dialah yang telah menyentuhnya. Ia takut karena menurut hukum Yahudi, pendarahannya membuat ia menjadi kotor dan ia tidak boleh menyentuh siapapun. Tetapi Yesus berkata kepadanya, “Anakku, imanmu telah menyembuhkanmu. Pergilah dengan damai dan terlepaslah engkau dari semua penderitaanmu.” (Markus 5:21-34)
Jadi Yesus memuji iman perempuan itu. Perkataannya sungguh berbeda dengan ajaran Muhammad yang mengatakan perempuan “kurang dalam hal agama.”
Yesus juga memuji perempuan lainnya karena imannya. Ini terjadi ketika seorang perempuan bukan Israel, yang terus menerus memohon kepadanya untuk menyembuhkan puterinya dari ikatan setan. Yesus berkata kepadanya, “Hai perempuan, engkau memiliki iman yang besar! Permintaanmu telah dipenuhi.” (Matius 15:28)
Yesus bahkan berkata bahwa persembahan seorang janda dapat lebih bernilai daripada persembahan orang kaya:

“Ketika Yesus mengangkat muka-Nya, Ia melihat orang-orang kaya memasukkan persembahan mereka ke dalam peti persembahan. Ia melihat juga seorang janda miskin memasukkan dua peser ke dalam peti itu. Lalu Ia berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang itu. Sebab mereka semua memberi persembahannya dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, bahkan ia memberi seluruh nafkahnya.” --- Lukas 21:1-4 ---
Tindakan Yesus benar-benar berbeda dengan Muhammad. Ingat, Muhammad pernah menegur sejumlah perempuan untuk “memberikan persembahan” untuk meningkatkan kekurangan mereka dalam hal kepandaian dan agama.

Mengusir roh-roh jahat keluar dari dalam diri mereka
Beberapa orang dari pengikut Yesus adalah para perempuan yang telah dilepaskan dari ikatan setan.

“Tidak lama sesudah itu Yesus berjalan berkeliling dari kota ke kota dan dari desa ke desa memberitakan Injil Kerajaan Sorga. Kedua belas murid-Nya bersama-sama dengan Dia, dan juga beberapa orang perempuan yang telah disembuhkan dari roh-roh jahat atau berbagai penyakit, yaitu Maria yang disebut Magdalena, yang telah dibebaskan dari tujuh roh jahat, Yohana isteri Khuza bendahara Herodes, Susana dan banyak perempuan lain. Perempuan-perempuan ini melayani rombongan itu dengan kekayaan mereka.”
--- Lukas 8:1-3 ---

Yesus juga menyembuhkan seorang perempuan dari kelumpuhan selama delapan belas tahun karena diikat oleh roh jahat. (Lukas 13:10-13)

Mengampuni dosa para perempuan
Ketika Yesus dan murid-muridnya sedang berjalan melalewati Samaria, mereka berhenti di sebuah sumur di luar kota. Saat itu Yesus lelah dan beristirahat sementara para murid pergi ke dalam kota untuk membeli makanan. Kemudian, seorang perempuan datang untuk mengambil air, dan Yesus mulai berbicara dengannya. Kenyataan bahwa Yesus berbicara dengannya merupakan sesuatu yang luar biasa karena dua hal: (1) Yesus berbicara dengan seorang perempuan dan (2) perempuan itu adalah orang Samaria, yang dianggap kotor oleh orang-orang Yahudi.

Beberapa saat kemudian, perempuan itu terkejut karena Yesus mengetahui bahwa ia tinggal bersama seorang lelaki yang bukan suaminya. Merasa heran karena mengetahui tentang kehidupannya, perempuan itu segera lari ke dalam kota dan memberitahukan kepada semua orang tentang Yesus. Yesus kemudian tinggal di kota itu selama dua hari, dan ia mengajarkan banyak hal yang mendorong orang-orang Samaria untuk percaya kepadanya (Yohanes 4:1-42).
Bukannya mengutuk perempuan itu karena dosanya, Yesus memberinya kesempatan untuk mengikutinya.

Yesus didekati oleh seorang perempuan lainnya ketika ia sedang makan di rumah beberapa orang pemimpin agama. Seorang perempuan yang dikenal karena kehidupannya yang berdosa memasuki rumah itu dan berlutut di bawah kaki Yesus. Ketika air matanya jatuh di kaki Yesus, perempuan itu mencuci kakinya dan mengeringkannya dengan rambutnya. Kemudian ia mengambil sebotol minyak wangi dan menuangkannya di kaki Yesus. Para pemimpin agama itu kemudian berbisik, “Kalau ia benar-benar seorang nabi, ia tentu akan tahu bahwa perempuan itu adalah orang berdosa.”
Yesus menjawabnya dengan berkata, “Ya, perempuan ini penuh dengan dosa, tetapi cintanya kepadaku sangat besar.” Lalu Yesus berkata kepada perempuan itu, “Dosamu telah diampuni.” (Lukas 7:36-50).

Yesus juga pernah terlibat dalam kasus seorang perempuan yang ketangkap sedang berzinah dan hampir dilempari batu oleh para pemuka agama. Yesus lalu berkata kepada orang-orang yang menuduh perempuan itu: Biarlah dia yang tidak berdosa yang pertama kali melempari perempuan ini dengan batu. Ketika mereka semua pergi, Yesus berkata kepada perempuan itu, “Aku juga tidak menghukum engkau… Sekarang pergilah dan tinggalkan hidupmu yang penuh dosa itu.” (Yohanes 8:11)

PERNIKAHAN
Ajaran Muhammad tentang perempuan dalam pernikahan
Hampir sama dengan perlakuannya terhadap perempuan, Muhammad menggambarkan hubungan pernikahan sebagai suatu hubungan di mana laki-laki memiliki tingkat yang lebih tinggi dan para perempuan harus patuh kepadanya. Mengenai para suami, Al Quran katakan:

“Kaum Laki-laki itu hádala pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka”
--- Surat 4:34 ---

Di ayat yang sama, Al Quran mengatakan tentang para isteri

“Sebab itu maka wanita yang saleh ialah yang taat (kepada Allah dan kepada suami merkea) lagi memelihara (kesucian, harta milik suami mereka).”

Bagian kedua ayat ini memberikan kebebasan bagi para suami untuk menghukum iseri mereka yang berkelakuan buruk:

“Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyusnya, maka (pertama-tama) nasihatilah mereka dan (kemudian) pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan (terakhir) pukullah mereka (pelan-pelan, jika berguna). Kemudian jika menaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya..”

Para perempuan juga akan dihukum jika mereka menolak untuk tidur dengan suami-suami mereka.

“Rasul berkata, “Jika seorang suami mengajak isterinya untuk tidur dengannya dan ia menolak untuk menghampirinya, maka para malaikat akan menghukum mereka sampai pagi. ”

Perceraian diterima sebagai bagian dari hidup dalam budaya Islam. Seorang lelaki dapat menceraikan isterinya dengan mengatakan, “Aku menceraikan engkau,” sampai sebanyak tiga kali. Tetapi ia boleh menikahinya lagi. Tetapi jika ia juga berkata, “Kamu bertindak seperti ibuku kepadaku,” maka ini akan menjadi perceraian tetap dan ia tidak dapat menikahinya lagi kecuali perempuan itu telah menikah dengan lelaki lain dan telah bercerai dengannya. Setelah perceraian kedua terjadi, suami pertama itu bebas untuk menikahi kembali perempuan itu jika ia menginginkannya (Surat 2:226-232). Tetapi, seorang isteri tidak diijinkan mengajukan cerai ataupun menolak jika suaminya menceraikannya. (Praktek ini berdasarkan Surat 4:34).

Di negara-negara Islam saat ini, di mana hukum Islam diterapkan, para perempuan tetap tidak diijinkan untuk mengajukan atau menolak perceraian (di negara-negara seperti Arab Saudi, Iran dan Sudan). Tetapi, untuk negara-negara yang lebih sekuler, mereka memberikan hak bagi perempuan untuk bercerai. Seperti misalnya di Mesir, sejak undang-undang tahun 2003 dikeluarkan, perempuan diberikan ijin untuk mengajukan perceraian dengan beberapa persyaratan tertentu, seperti suami yang tidak seiman.

Terdapat banyak aturan untuk perceraian, kompensasi dan masa tunggu sebelum menikah kembali dijelaskan di dalam hadits. Hukum Islam mengijinkan perceraian dengan berbagai macam keadaan, bahkan hanya karena hal-hal kecil. Jadi semuanya tergantung kepada perilaku si suami. Ia dapat menceraikan isterinya hanya karena isterinya sulit untuk diajak komunikasi.
Al Quran juga mengijinkan seorang suami untuk memiliki isteri hingga empat orang jika ia mampu menghidupinya.

“Dan jika kamu takut tidak dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi, dua, tiga atau empat”
--- Surat 4:3 ---

Tetapi Muhammad diijinkan untuk memiliki isteri lebih dari empat, sebagaimana yang Anda akan lihat dalam bagian berikutnya.

Ajaran Yesus tentang perempuan dalam pernikahan
Berbeda dengan Muhammad, Yesus mengajarkan bahwa perceraian sangat dilarang.

“Maka datanglah orang-orang Farisi, dan untuk mencobai Yesus mereka bertanya kepada-Nya: "Apakah seorang suami diperbolehkan menceraikan isterinya?" Tetapi jawab-Nya kepada mereka: "Apa perintah Musa kepada kamu?" Jawab mereka: "Musa memberi izin untuk menceraikannya dengan membuat surat cerai." Lalu kata Yesus kepada mereka: "Justru karena ketegaran hatimulah maka Musa menuliskan perintah ini untuk kamu. Sebab pada awal dunia, Tuhan menjadikan mereka laki-laki dan perempuan, sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Tuhan, tidak boleh diceraikan manusia." Ketika mereka sudah di rumah, murid-murid itu bertanya pula kepada Yesus tentang hal itu. Lalu kata-Nya kepada mereka: "Barangsiapa menceraikan isterinya lalu kawin dengan perempuan lain, ia hidup dalam perzinahan terhadap isterinya itu. Dan jika si isteri menceraikan suaminya dan kawin dengan laki-laki lain, ia berbuat zinah."”

Yesus menempatkan pernikahan sebagai status rohani yang tinggi. Yesus mendukung ajaran dalam Perjanjian Lama yang mengatakan bahwa Tuhan sendiri yang mentahbiskan ikatan antara seorang lelaki dan isterinya. Ikatan ini begitu dekat sehingga digambarkan sebagai dua orang yang menjadi satu daging (Kejadian 2:2-4)
Yesus tidak memberikan ajaran secara khusus tentang pernikahan. Tetapi para pengikutnya memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai pernikahan dan perceraian, seperti yang tertulis dalam Perjanjian Baru. Sekarang mari kita lihat pernikahan di dalam hidup Yesus dan Muhammad.


ISTERI-ISTERI MUHAMMAD YANG TERKENAL
Serupa dengan perlakuan Muhammad yang berubah terhadap orang-orang tidak percaya setelah kepindahannya ke Madinah, begitu pula prakteknya terhadap isteri-isterinya. Mari kita lihat isteri pertamanya dan kemudian dua belas perempuan lainnya yang ia nikahi di Medinah.

Kadijah, isteri pertama
Ketika Muhammad masih sebagai seorang pemuda berusia dua puluh lima tahun, ia menikah dengan isteri pertamanya, Kadijah, yang pada saat itu berusia empat puluh tahun. Ia dianggap sangat memberikan dukungan emosional kepada Muhammad ketika ia menerima wahyu dan ditolak orang-orang Mekah. Ia bertahan menikah dengan Kadijah sendiri selama dua puluh lima tahun sampai Kadijah meninggal dunia.

Aisah, pengantin kanak-kanak
Kira-kira setahun setelah pindah ke Madinah, Muhammad memilih seorang isteri yang sangat mengejutkan bahkan bagi standar masyarakat Arab. Ia adalah anak perempuan salah seorang pengikut setianya, Abu Bakar, yang masih berusia enam tahun.

“Rasul menulis (perjanjian nikah) dengan Aisah ketika ia masih berusia enam tahun dan tinggal serumah dengannya ketika ia berusia sembilan tahun dan ia bertahan dengannya selama sembilan tahun (sampai Muhammad meninggal dunia).”

Lebih dari sekedar kisah yang membingungkan tentang seorang pengantin yang masih kanak-kanak, Aisah menjadi tokoh utama dalam sejarah Islam. Ia menceritakan ribuan hadits yang menggambarkan kehidupan dan ajaran Muhammad. Ia juga terlibat dalam sebuah insiden serius yang mengancam kredibilitas Islam.

Ketika Muhammad memimpin pasukannya dalam sebuah pertempuran, ia selalu memilih salah seorang isterinya untuk pergi bersamanya. Di tahun 5 H, ia membawa Aisah dalam pertempuran melawan bani Mustaliq, salah satu suku Yahudi. Aisah berusia kurang lebih sebelas tahun pada saat itu.

Cerita ini menurut penuturan Aisah. Aisah mengendarai sebuah kereta khusus di belakang seekor unta. Di malam hari, pesta penjarahan berakhir dan Aisah meninggalkan kelompok mereka dan pergi ke kamar mandi di gurun pasir. Ketika ia sedang berjalan pulang, ia baru menyadari bahwa ia telah kehilangan kalungnya karena itu ia pergi kembali untuk mencarinya. Ketika ia kembali ke tempat orang-orang itu menjarah, semua orang telah pergi karena mengira ia berada di dalam kereta di belakang unta. Ia menunggu di gurun sampai seorang tentara Muslim datang dan mengenalinya. Ia membawa Aisah kembali ke Madinah keesokan paginya dengan mengendarai untanya.

Beberapa orang menuduh Aisah telah berhubungan dengan seorang tentara Muslim di gurun pasir. Muhammad tidak dapat membuktian bahwa ia tidak melakukannya. Orang-orang mulai berkata, “Bagaimana orang ini mengaku dirinya sebagai seorang nabi tetapi ia tidak mengetahui apa yang terjadi kepada isterinya?” Lebih dari dua puluh hari keadaan ini berlanjut. Sampai akhirnya Muhammad menerima sebuah wahyu dari malaikat Gabriel yang membela Aisah dari perbuatan salah dan menghukum mereka yang telah menuduhnya (Surat 42:11-18).

Pengaruh dari insiden tersebut tidak berakhir di situ. Salah satu sepupu Muhammad yang tumbuh besar bersamanya, Ali ibn Abu Talib telah memperingatkan Muhammad untuk menceraikan Aisah. Aisah mendengar hal ini sehingga ia dendam seumur hidupnya kepada Ali. Setelah kematian pemimpin umat Islam yang ketiga (Uthman), Ali ibn Abu Talin diangkat menjadi kalifah Islam berikutnya. Tetapi Aisah menolak untuk mengakuinya sebagai pemimpin, dan ia bersama-sama dengan sepasukan tentara yang mendukungnya berperang melawannya. Dalam Pertempuran Unta, sepuluh ribu orang Islam terbunuh. Ali ibn Abu Talib terbunuh, dan anaknya menggantkan posisinya sampai akhirnya ia diracuni oleh orang-orang Islam.
Jadi Aisah, sang pengantin kanak-kanak, adalah tokoh utama dalam sejarah Islam. Sekarang mari kita lihat isteri Muhammad lainnya yang juga sangat menarik.

Zainab, isteri anak angkat Muhammad
Suatu hari, Muhammad pergi ke rumah anak angkatnya, Zaid Bin Harithah. Ketika ia sampai di sana, anak angkatnya itu sedang tidak berada di rumah, dan isteri anaknya itu, Zainab, di rumah sendirian. Ketika ia membuka pintu, mata Muhammad berpandangan dengan mata Zainab, lalu Muhammad berkata, “Terpujilah dia yang dapat merubah hati dan penglihatan.” Muhammad jatuh cinta kepadanya. Zainab pun menyadari bahwa Muhammad memiliki perasaan khusus kepadanya. Ketika suaminya pulang, ia menceritakan kepadanya apa yang telah terjadi. Ada dua masalah dalam situasi seperti ini. Pertama, Zainab telah menikah, dan kedua, suaminya adalah anak angkat Muhammad. Hukum Islam melarang seorang lelaki menikahi isteri anaknya.

Tetapi, sejak saat itu, Zainab berlaku buruk kepada suaminya dan menunjukkan bahwa ia tidak lagi tertarik kepadanya. Setiap kali ia berbuat seperti itu, Zaid pergi kepada Muhammad dan mengeluh tentang isterinya dan bercerita kepadanya tentang penganiayaan yang ia dapat dari isterinya. Dan setiap saat Muhammad berkata kepadanya, “Tahanlah isterimu, dan bertakwalah kepada Allah” (Surat 33:37).
Setelah hal ini berlangsung beberapa lama, Zaid kemudian menyerah dan bercerai dengan isterinya.

Sejarah Islam kemudian mencatat Muhammad meminta Zainab untuk menikahinya, meskipun hukum Islam melarang seseorang menikahi isteri anaknya. Tidak lama setelah itu, Muhammad mengutus Zaid untuk mengajukan lamaran. Zaid pergi ke rumah mantan isterinya dan mendapatkan ia sedang mempersiapkan tepung untuk membuat roti. Untuk sesaat, Zaid berkata, “Ketika aku melihatnya, aku tidak dapat memandang wajahnya karena aku masih mencintainya.” Tetapi ia berkewajiban untuk mengirimkan pesan dari Muhammad. Mantan isterinya kemudian menjawab, “Allah pasti memerintahkan aku untuk menikahinya.” Ia berkata kepada Zaid bahwa ia akan pergi ke Mesjid untuk berdoa. Jadi, Zaid kembali kepada Muhammad dan menceritakan kepadanya apa yang telah terjadi.
Ketika Zainab sedang di mesjid, Muhammad menyampaikan sebuah wahyu dari malaikat Gabriel:

“Dan (ingatlah) ketika kamu berkata kepada orang yang telah menerima nikmat Allah dan perhatianmu, “Tahanlah terus isterimu dan bertakwalah kepada Allah,” sedang kamu menyembunyikannya di dalam hatimu apa yang Allah akan menyatakannya dan kamu takut kepada manusia, sedang Allah lah yang lebih berhak untuk kamu takuti. Maka tatkala Zaid telah mengakhiri keperluan terhadap isterinya (menceraikannya), Kami kawinkan kamu dnegan dia, supaya tidak ada keberatan bagi orang mukmin untuk (mengawini) isteri-isteri anak-anak angkat mereka, apabila anak-anak angkat itu telah menyelesaikan keperluan daripada isterinya. Dan adalah ketetapan Allah itu pasti terjadi. (Allah telah menetapkan yang demikian) sebagai sunnah-Nya pada nabi-nabi yang telah berlalu dahulu. Dan adalah ketetapan Allah itu suatu ketetapan yang pasti berlaku. Tidak ada suatu keberatanpun atas nabi tentang apa yang telah ditetapkan Allah baginya.”
--- Surat 33:37-38; Terjemahan Ali ---

Wahyu ini secara khusus menyatakan bahwa Allah memerintahkan Zainab untuk menikah dengan Muhammad. Ayat ini juga menunjukkan bahwa pernikahan ini akan membantu umat Islam lainnya dengan menyatakan kepada mereka bahwa diijinkan bagi seorang pria untuk menikahi bekas isteri anak angkatnya jika pernikahan mereka telah berakhir.
Muhammad juga menerima sebuah wahyu yang menghapuskan adopsi. “Allah tidak ... menjadikan anak-anak angkatmu sebagai anak-anak kandungmu sendiri” (Surat 33:4). Artinya, Zaid tidak lagi dianggap sebagai anak Muhammad yang berarti juga melegalkan pernikahan Muhammad dengan Zainab.

Akhirnya, Zainab setuju untuk menikah dengan Muhammad dan menjadi isteri kelimanya (5 H). Suami pertamanya kemudian meninggal tiga tahun kemudian ketika berperang dalam jihad.
Zainab sangat senang dengan hal-hal yang terjadi padanya. Hadits mencatat:

“Zainab pernah membual di hadap isteri-isteri Rasul dan berkata, “Kalian dinikahkan oleh keluarga kalian, tetapi aku dinikahkan (dengan Rasul) oleh Allah dari Langit ketujuh.”

Mari kita lihat contoh lainnya yang lebih spesifik tentang bagaimana Muhammad mendapatkan salah satu isterinya – kali ini adalah seorang tawanan perang.

Safiya, perempuan Yahudi yang cantik.
Sampai tahun 7 H, Muhammad telah berkeliling hampir di seluruh suku orang Yahudi di Arab. Hanya tinggal satu yang tersisa – yaitu suku Khaybar. Muhammad dan pasukannya kemudian mengeliling kampung suku ini pada malam hari dan menyerang ketika penduduknya sedang tidur. Ia membunuh hampir semua laki-laki dan orang dewasa, sementara para perempuan dan anak-anak diangkut sebagai tawanan.

Muhammad kemudian memperhatikan seorang perempuan cantik bernama Safiya, yang menjadi salah satu dari para tawanan. Ayahnya adalah pemimpin suku Khaybar, dan ia masih pengantin baru. Ayah dan suaminya dibunuh oleh orang-orang Islam pada hari itu. Muhammad kemudian bertanya kepada para pengikutnya, “Tawanan siapakah perempuan itu?” Mereka menjawabnya, “Tawanan Qais bin Thabet Al-Shammas.”

Muhammad kemudian memberikan orang tersebut dua orang sepupu Safiya dan membawa Saifya untuk dirinya. Ia kembali ke Madinah bersama Muhammad. Di tengah perjalanan, setelah masa haidnya berakhir, Muhammad menikahinya.
Di malam hari setelah pernikahan Muhammad dengan Safiya, salah seorang pengikut Muhammad berjaga sepanjang malam, berjalan di sekeliling tenda dengan pedang di sampingnya. Keesokan paginya, Muhammad bertanya kepadanya mengapa ia melakukan hal itu. Orang itu menjawab, “Aku khawatir terhadap engkau karena engkau telah membunuh ayah, suami dan orang-orang di sukunya, dan sampai saat ini ia belum menjadi orang percaya, jadi aku mengkhawatirkan engkau.”

ISTERI-ISTERI MUHAMMAD YANG LAINNYA
Setiap isteri Muhammad memiliki cerita di belakang mereka, dan saya telah menceritakan beberapa diantaranya yang paling menarik. Daftar selengkapnya tentang isteri-isteri Muhammad adalah sebagai berikut:
1. Kadijah bin Khu-walid (Muhammad menikah dengannya di Mekah selama dua puluh lima tahun sampai Kadijah
meninggal dunia)
2. Aisah bint Abu Bakr (Ia adalah perempuan muda, pencemburu dan suka menimbulkan masalah, tetapi ia adalah
salah satu yang paling disayangi oleh Muhammad, anak perempuan dari sahabat Muhammad, dan pengganti
pertama dalam Islam)
3. Hafza bint Umar Ibn Al-Khattab (Ia adalah anak perempuan dari salah seorang pejuang Muhammad yang paling
tangguh)
4. Umm-Habib Rumleh bint Abi Sufyan (Ia adalah anak perempuan dari pemimpin suku Qurais di Mekah yang masuk
Islam, sesaat sebelum Muhammad menaklukkan kotanya)
5. Zainab bint Jahsh (Awalnya ia adalah isteri dari anak angkat Muhammad. Mereka bercerai dan kemudian
Muhammad menikahinya)
6. Umm Salama Hend bint Abi Ummayah
7. Maymuna bint el-Harith al-Hilleliah
8. Sauda bint Zema’a l Amawiya
9. Juwariya bint al-Harith (Ia adalah perempuan Yahudi yang dijadikan tawanan perang dalam penjarahan
terhadap bani Mustaliq, ketika Aisah dituduh melakukan perzinahan)
10. Safia bint Ho-yay (Ia adalah perempuan Yahudi yang dijadikan tawanan perang dalam pernjarahan terhadap
suku Khaybar)
11. Ra-hana bint Shumahon
12. Maria bint Shumahon
13. Umm Sharik

Seperti yang Anda ketahui, Al Quran hanya mengijinkan umat Islam menikahi dua, tiga atau empat iseri, kecuali Muhammad. Ia menyampaikan sebuah wahyu yang menjelaskan tentang para perempuan yang diperbolehkan untuk ia nikahi:

“Wahai Rasul! Kami telah memberikan kepadamu isteri-isterimu yang telah engkau bayar; dan mereka yang telah dimiliki oleh tangan kananmu keluar dari tawanan perang yang telah Allah berikah kepadamu, dan anak-anak perempuan dari paman atau bibi dari ayahmu, dan anak-anak perempuan dari paman atau bibi ibumu, yang telah pindah (dari Mekah) bersama-sama denganmu dan setiap perempuan yang percaya dan mengabdikan jiwanya kepada Rasul, jika Rasul menghendaki untuk menikahinya; - ini hanya berlaku untukmu dan tidak kepada (seluruh) orang-orang percaya.
--- Surat 33:50; Terjemahan Ali ---

Ketika Muhammad meninggal dunia, ia meninggalkan sembilan orang janda. Muhammad melarang seorangpun dari mereka untuk menikah kembali setelah kematiannya (Surat 33:6, 52)

Perempuan-perempuan lainnya
Sebagai tambahan terhadap isteri-isterinya, Muhammad mempunyai sejumlah perempuan lainnya sebagai tempat pembuangan. Mereka adalah para budak perempuan yang telah dibeli atau diperolehnya sebagai tawanan perang. Semua budak, baik laki-laki ataupun perempuan dalam bahasa Arab disebut milkelimen. Budak laki-laki melayani Muhammad dengan melakukan tugas-tugas inti seperti menyiapkan keperluan Muhammad dan isteri-isterinya, membersihkan rumah dan merawat binatang peliharaan mereka. Mereka menyediakan makanan dan membawakan air untuk membersihkan diri sebelum berdoa. Tercatat ada empat puluh tiga orang budak lelaki yang masuk dalam daftar sejarah agama Islam.
Budak perempuan melakukan tugas yang sama, tetapi hukum Islam juga mengijinkan Muhammad untuk melakukan hubungan intim dengan mereka tanpa harus menikahi mereka. Jika mereka kemudian mempunyai anak dari hasil hubungan ini, maka anak-anak mereka tidak boleh memakai nama Muhammad atau menerima warisan darinya. Anak ini akan tetap menjadi budak Muhammad, dan bukan menjadi anaknya, dan Muhammad memiliki hak untuk tetap memakainya atau menjualnya. (Hukum Islam memperbolehkan milkelimen dijual kepada sesama orang Islam). Tercatat ada dua puluh tiga orang budak perempuan dalam sejarah Islam.

HUBUNGAN MUHAMMAD SECARA UMUM DENGAN ISTERI-ISTERINYA
Kehidupan sosial Muhammad dipenuhi dengan pertengkaran antara dirinya dengan isteri-isterinya atau antara isteri-isterinya. Sejarah Islam mencatat banyak cerita tentang perkelahian-perkelahian ini. Suatu ketika isteri-isteri Muhammad bersikeras meminta uang kepada Muhammad, dan ia kemudian berkata bahwa ia tidak akan memberi apa-apa kepada mereka. Dalam kejengkelan, ia memisahkan diri dari mereka selama satu bulan (dua puluh sembilan hari). Lalu ia menawarkan kepada semua isterinya untuk memilih bercerai darinya. Kepada Aisah, Muhammad berkata bahwa ia boleh berkonsultasi dengan orangtuanya mengenai masalah ini. Tetapi akhirnya, seluruh isterinya memilih untuk tinggal di rumahnya.

Dalam hal berhubungan dengan isteri-isterinya, Muhammad mengatur jatah satu hari untuk masing-masing isterinya. Tetapi ketika Aisah membuatnya bermasalah, ia akan mengambil satu hari dari jatah isterinya yang lain dan menghabiskannya dengan Aisah. Salah seorang isterinya mengeluh tentang situasi ini dan Muhammad mengancam akan menceraikannya. Tetapi karena ia telah tua, ia kemudian memohon, “Jangan ceraikan aku. Aku akan tetap bersamamu dan memberikan jatah malamku untuk Aisah.”

YESUS DAN PARA PEREMPUAN YANG MENOLONGNYA
Tidak ada catatan dalam Injil atau sejarah Kekristenan bahwa Yesus pernah menikah atau memilki seorang isteri. Ia digambarkan memiliki hubungan baik dengan dua orang kayak beradik, Maria dan Marta, dan ia makan di rumah mereka (Lukas 10; Yohanes 12)
Penulis Injil juga menyebutkan bahwa ada sejumlah kecil perempuan yang berjalan mengikuti perjalanan Yesus dan para muridnya serta membantu mereka.

“Tidak lama sesudah itu Yesus berjalan berkeliling dari kota ke kota dan dari desa ke desa memberitakan Injil Kerajaan Sorga. Kedua belas murid-Nya bersama-sama dengan Dia, dan juga beberapa orang perempuan yang telah disembuhkan dari roh-roh jahat atau berbagai penyakit, yaitu Maria yang disebut Magdalena, yang telah dibebaskan dari tujuh roh jahat, Yohana isteri Khuza bendahara Herodes, Susana dan banyak perempuan lain. Perempuan-perempuan ini melayani rombongan itu dengan kekayaan mereka.”
--- Yohanes 8:1-3 ---

Para perempuan ini adalah pengikut yang setia, dan mereka tetap menemani Yesus melewati proses penyalibannya.

“Dan ada di situ banyak perempuan yang melihat dari jauh, yaitu perempuan-perempuan yang mengikuti Yesus dari Galilea untuk melayani Dia. Di antara mereka terdapat Maria Magdalena, dan Maria ibu Yakobus dan Yusuf, dan ibu anak-anak Zebedeus.”
--- Matius 27:55-56 ---

Setelah tubuh Yesus dipindahkan dari salib, dua orang dari para perempuan itu mengikuti Yusuf dari Arimatea dan menyaksikan tubuh Yesus diletakkan di dalam makam dan sebuah batu besar digulingkan di depan pintu masuk makam tersebut (Matius 27:57-61). Kemudian mereka pergi dan mempersiapkan rempah-rempah yang akan digunakan untuk mengurapi tubuh Yesus setelah hari peristirahatan (Sabat) berlalu.
Perempuan-perempuan ini jugalah yang menjadi orang pertama yang melihat Yesus setelah kebangkitannya.

“Setelah hari Sabat lewat, menjelang menyingsingnya fajar pada hari pertama minggu itu, pergilah Maria Magdalena dan Maria yang lain, menengok kubur itu…. Tiba-tiba Yesus berjumpa dengan mereka dan berkata: "Salam bagimu." Mereka mendekati-Nya dan memeluk kaki-Nya serta menyembah-Nya. Maka kata Yesus kepada mereka: "Jangan takut. Pergi dan katakanlah kepada saudara-saudara-Ku, supaya mereka pergi ke Galilea, dan di sanalah mereka akan melihat Aku."”
--- Matius 28:1, 9-10 ---

Jadi, kita bisa melihat bahwa para perempuan mengikuti dan membantu Yesus. Yesus bahkan memberikan mereka hak istimewa sebagai orang yang pertama yang melihatnya setelah ia bangkit. Kami tidak memiliki bukti bahwa Yesus pernah melakukan hubungan intim dengan mereka. Masyarakat Yahudi tentu akan telah mengutuk perbuatan sedemikian.


KESIMPULAN
Apa yang kita pelajari mengenai perilaku Yesus dan Muhammad terhadap perempuan?
Karakter perempuan. Muhammad menggambarkan perempuan secara negatif. Sebaliknya Yesus memperlakukan mereka sama seperti ia memperlakukan para lelaki.

Pengajaran tentang pernikahan. Muhammad menggambarkannya sebagai sebuah hubungan dimana perempuan harus tunduk kepada laki-laki dan diperbolehkan bagi seorang lelaki untuk menceraikan isterinya dengan berbagai alasan. Yesus berbicara pernikahan sebagai kesatuan yang ditahbiskan oleh Tuhan dan hanya bisa diceraikan oleh ketidaksetiaan salah satu pasangan.

Hubungan dengan perempuan. Muhammad mempunyai banyak isteri dan mengalami banyak tantangan dengan mereka. Yesus tidak pernah menikah tetapi ada sejumlah orang perempuan yang berjalan bersamanya dan membantunya.
Sekali lagi kita melihat perbedaan dalam hal karakter dan kepribadian antara Yesus dan Muhammad. Menarik sekali untuk mengetahui bagaimana perbedaan ini memainkan peranan ketika mereka menghadapi tantangan yang serupa. Bab berikutnya akan menggambarkan empat peristiwa mengejutkan yang hampir sama dalam kehidupan mereka dan bagaimana mereka meresponinya.

No comments:

Post a Comment